Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompetisi Meracik Kopi yang tak Kalah Heboh dari Konser Musik

Kompas.com - 12/10/2018, 16:11 WIB
Wisnubrata

Editor

Peserta kedua adalah Yulinda dari Surabaya. Namanya terus disebutkan oleh para pendukungnya seolah mengantar klub sepakbola Persebaya berlaga.

Linda mengaku tidak pernah minum kopi sebelum ia bergabung dengan Starbucks. Namun kini, kopi menjadi minuman istimewa baginya, dan salah satunya berkat biji kopi yang ditanam di Rwanda. Lagi-lagi kopi ini menjadi bahan cerita.

"Kopi Rwanda Kanzu ini menyatukan orang-orang setelah mereka dilanda perang saudara. Kini kopi ini menyatukan kita semua," kata Linda.

Untuk menu signature-nya, Linda memadukan citarasa jeruk baby mandarin, brown sugar, es, foam dari susu, lalu memberi taburan brown sugar lagi yang dibakar dengan api untuk mematangkan aroma dan rasanya.

"Jeruk baby mandarin ini mengingatkan saya saat kecil yang sering diberi minuman jeruk oleh ibu saya," ujar Linda.

Baby mandarin digunakan untuk menguatkan rasa fruity pada kopi Kenya yang dipakainya dalam bentuk espresso, sedangkan brown sugar memberi rasa manis. Untuk menambah kesegaran, ia menghias minuman tersebut dengan daun mint.

Baca juga: Cara Sederhana Menyeduh Kopi ala Starbucks

Patricia, finalis Starbucks Barista Championship 2018, sedang membuat minuman racikannyaKompas.com/Wisnubrata Patricia, finalis Starbucks Barista Championship 2018, sedang membuat minuman racikannya
Peserta selanjutnya berasal dari Starbucks Oberoi, Bali. Patricia adalah mahasiswa sastra Inggris Universitas Udayana yang bekerja paruh waktu di Starbucks. Walau baru setahun bekerja, namun ketrampilannya meracik kopi sudah seperti ahli.

Ia mengawali dengan membuat latte art. Salah satu yang istimewa adalah latte art berbentuk angsa yang mengembangkan sayapnya. "Ini belajarnya agak susah," ujarnya seusai lomba.

Lalu untuk minuman signature, ia memperoleh inspirasi dari kebiasaan orang-orang di desanya, Desa Tunjuk, Tabanan, Bali, yang setiap sore hari berkumpul dan menyajikan berbagai minuman seperti teh dan kopi yang diberi rempah-rempah.

Nah dalam kesempatan ini, Pat menambahkan cokelat dan palm sugar ke dalam kopinya, beserta bahan-bahan lain. Ia menyajikannya bersama kelopak bunga yang memberi rasa unik pada kopi.

Ketika tiba giliran untuk menyajikan kopi dengan cara pour over, Pat menggunakan kopi Rwanda Kanzu. Seperti peserta lain, ia menjelaskan berbagai proses yang dilakukan saat menyeduh, seperti berapa derajat suhu air yang digunakan, ukuran butir kopi, hingga cara mencium aromanya dan mencicipinya.

"Coba letakkan tiga jari menutupi cangkir," ujar Pat kepada tiga juri. "Lalu cium aromanya dan kita akan menemukan ada citrus hingga aprikot di sana."

Pat terdengar sangat piawai menjelaskan kopi yang ia sajikan. Cerita dan keterangan yang dia berikan membangun suasana sehingga orang terbayang apa yang diminumnya, dan menemukan taste yang sebelumnya tidak dikenali.

Baca juga: Arti Perbedaan Warna Apron Barista Starbucks

Finalis Starbucks Barista Championship 2018Kompas.com/Wisnubrata Finalis Starbucks Barista Championship 2018
Benarlah kata orang bahwa bahwa sebuah produk atau barang hanyalah benda sampai ia diberi makna dengan cerita. Dan cerita yang disampaikan Patricia itu membawanya menjadi pemenang Starbucks Barista Championship 2018.

Saat namanya diumumkan sebagai juara, sorak sorai meledak lagi, kertas berwarna-warni disemburkan, dan balon-balon dijatuhkan dari atas panggung.

Seiring dengan melelehnya air mata Pat, saya bertanya-tanya lagi dengan takjub, seperti inikah kompetisi membuat kopi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com