Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/10/2018, 23:01 WIB
Dendi Ramdhani,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Dari utara Bandung, tim Instagram melanjutkan perjalanan menuju sebuah workshop di Jalan Gudang Selatan, Kota Bandung untuk melihat dan mendengarkan kisah dari Asti Surya, pemilik toko busana La Douche Vita yang berdiri sejak 2009 lalu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Not sure gonna start Monday ?????? @leonagustine comforting in #TravellingPants and #MotelTropikalFullPrintTshirt

A post shared by DOUCHE (@ladouchevita) on Aug 26, 2018 at 6:35pm PDT

Konsep utama produk Asti yakni menyatukan selera busana perempuan yang maskulin dan feminim. Sebelum kemunculan Instagram, kata Asti, produknya lebih banyak dikenalkan lewat majalah atau menitip produk di salah satu toko.

"Fase tersulit adalah trial and error, seperti respons postingan sedikit," ujar Asti.

Bagi Asti, Instagram membuka celah baru dalam pengembangan usahanya. Ia pun mulai mendalami seluk-beluk fitur Instagram sebagai strategi dalam pengembangan pasar.

Berbeda dengan akun bisnis lain, Asti tak melulu menampilkan produk dalam akun Instagramnya. Ia juga kerap menampilkan variasi konten, mulai dari look book, mood, quote, hingga work in progress melalui Feed dan Stories untuk menghasilkan konten yang lebih natural dan otentik

"Jadi feed tak hanya diisi konten produk, tapi kita jadikan diary, ada quotes motivasi untuk membangun chemistry. Tentunya ditambah postingan promo atau diskon," tuturnya.

Sukses bersama La Douche Vita, Asti kini tengah membangun merek baru bernama Tigahome dengan ciri khas ornamen tassel untuk desain sepatu, tas dan cushion yang terinspirasi dari keunikan tekstil etnik dari berbagai macam budaya di dunia.

Di hari kedua, Jumat (12/10/2018) tim Instagram melanjutkan kunjungan ke kantor Jummakids, sebuah brand yang memproduksi pakaian anak. Alamatnya di Jalan Dago Asri VI, Bandung.

Winny Caprina, pendiri Jummakids mengatakan, ide untuk mendirikan sebuah bisnis fashion anak-anak tercetus karena ia tidak menemukan baju anak yang memenuhi ekspektasi.

Bersama sang suami, ia pun mencoba membuat baju anak dengan desain menarik. Produknya mendapat sambutan baik dari masyarakat.

Ibu dari dua anak ini kemudian menggunakan Instagram untuk menggambarkan secara visual karakter mode anak kecil yang atraktif, kreatif, eksploratif.

Winny bercerita alasan utama memilih Instagram karena ia membutuhkan sebuah platform gratis yang mudah digunakan.

"Kami memulai bisnis dengan Instagram karena gratis, berbasis visual dan mudah digunakan. Dalam berbisnis, interaksi dengan konsumen dan pelanggan adalah salah satu elemen terpenting," ujar Winny.

Konten-konten yang disajikan oleh Winny melalui akun Jumma Kids pun beragam, tidak hanya seputar gaya atau style anak yang aktif, tetapi juga berupa tips-tips dan konten yang mengedukasi orang tua terhadap buah hatinya.

Melalui Instagram, Winny dapat terhubung dengan para pelanggan yang kini menjadi sahabat dan pelanggan setia Jummakids, hingga menjangkau pasar internasional, termasuk Asia Tenggara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com