Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/12/2018, 17:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Dr. Braden Kuo dari Massachusetts General Hospital menangkap bukti visual ini pada tahun 2012.

Saat itu, dia menggunakan kamera seukuran pil untuk merekam saluran pencernaan para sukarelawan yang makan mi instan, dan mereka yang mengonsumsi mi segar.

Dengan cara itu, Dr Kuo mampu menunjukkan, setelah dua jam ketika mi segar sudah lama hilang, mi instan hampir seluruhnya utuh di usus.

Meskipun tidak jelas apa efek negatif dari temuan itu, bagaimana pun harus disadari, mengonsumsi mi instan sangat buruk untuk tubuh kita.

Periset dari Harvard School of Public Health pernah meneliti efek jangka panjang dari konsumsi ramen di Korea Selatan, di mana ramen menjadi makanan pokok utama.

Baca juga: Ingin Coba Burger Mi Instan? Ini Resepnya

Hasilnya, mereka menemukan peserta riset, terutama wanita, yang makan mi instan setidaknya dua kali seminggu memiliki risiko 68 persen lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik.

Sindrom metabolik merupakan kombinasi gejala yang meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung.

Namun, sesekali makan mi instan tak akan menyebabkan masalah bagi kesehatan, sama halnya dengan makanan olahan lainnya.

Tapi, demi kesehatan perut dan jantung, sebaiknya jangan terlalu banyak mengonsumsinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com