"Semakin banyak sponsor yang kita miliki, semakin tinggi kredibilitas yang kita miliki," ungkapnya.
Uang adalah faktor besar yang membuat banyak orang melakukan hal ini. Biasanya, para influencer tingkat menengah bahkan "mikro-influencer" menghasilkan jutaan rupiah untuk sebuah unggahan bersponsor.
Jadi, hal yang masuk akal jika banyak orang tertarik dengan profesi ini.
Menurut agen marketing influencer "Viral Nation", influencer di Inggris dengan lebih dari sejuta pengikut bisa masang biaya 100.000 dollar atau Rp 1 milliar, bahkan lebih, hanya untuk satu kali unggahan.
Untuk para selebriti, jumlahnya biasanya lebih dari itu. Kim Kardashian, misalnya, ia pernah menolak tawaran unggahan bersponsor atau endorse senilai 1 juta dollar yang setara dengan Rp 18 milliar.
Ide memalsukan postingan yang disponsori menimbulkan pertanyaan atas transparansi. Ini karena Komisi Perdagangan Federal Inggris telah memperketat persyaratan mengenai konten berbayar dalam beberapa tahun terakhir.
Komisi Perdagangan Federal dan Otoritas Standar Periklanan, mengungkapkan para influencer bayaran yang sesungguhnya perlu memastikan hubungan dengan merek yang memberi sponsor jelas dan transparan.
Fenomena pemalsuan sponsor di kalangan influencer ini juga bisa berbahaya bagi label atau merek.
Salah satu perusahaan kacamata mengatakan, influencer yang memalsukan sponsor bisa merusak "reputasi" produk mereka.
Adapun cara menentukan apakah konten yang disponsori itu nyata atau tidak, biasanya menggunakan kode promo sebagai hadiah.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang