Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Hubungan Langgeng? Ini 13 Hal yang Merusak Pernikahan

Kompas.com - 05/03/2019, 05:05 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Jika kita bersama seseorang yang terlalu suka mengkritik, menurut Brown, maka kemungkinan kita memiliki hubungan yang beracun.

Saat kita berada dalam situasi ini, kita perlu bertanya pada diri sendiri apa alasan yang membuat kita bertahan dengan pernikahan ini.

"Jangan menyusahkan diri sendiri jika kamu menjadi subjek kritik. Kemungkinan besar masalahnya bukan berada pada dirimu," kata Dr. Simonsen.

Menurutnya, bisa saja ini tentang pasangan kita dan sesuatu yang terjadi dengannya.

"Semakin sering kita menolerir kata-kata negatif tersebut, semakin besar kemungkinannya hubungan kita berakhir," ucapnya.

6. Antara kita atau pasangan menyimpan dendam

Marah kepada pasangan adalah hal yang normal ketika kita merasa kecewa dengannya. Namun, menyimpan amarah itu sebagai dendam adalah racun bagi hubungan.

"Masalahnya adalah bahwa perasaan dendam ini seperti karat," kata Dr. Brown.

Dendam tersebut bisa secara diam-diam mengikis kemampuan kita untuk mempercayai pasangan kita.

Brown menyarankan kita untuk mengatasi dendam dengan membiarkan pasangan tahu bagaimana perasaan kita.

Kita bisa melakukannya dengan meluangkan waktu bersama atau bersentuhan satu sama lain untuk membantu menyelesaikan apa pun dendam yang ada di hati.

"Tidak apa-apa untuk marah satu sama lain, tetapi kebencian bisa merusak. Kunci untuk hubungan yang langgeng adalah menerima dan melalui kemarahan itu daripada memendamnya sampai muncul dengan cara yang merusak," kata Paul Hokemeyer, selaku psikoterapis klinis.

7. Tidak pernah bertengkar

Hanya karena kita tidak pernah bertengkar dengan pasangan, bukan berarti kita selalu sependapat dengannya.

Itu berarti salah satu antara kita atau pasangan terlalu takut untuk membicarakan masalah ini. Cara ini tentu tak akan membuat masalah tuntas.

Kita tidak harus menyembunyikan perasaan jika berada dalam hubungan yang sehat.

"Ingatlah bahwa pasangan kita mencintai diri kita seperti apapun diri kita saat bertemu dengannya," kata Gilda Carle, pakar hubungan.

Menurutnya, pasangan tentu akan senang mendengar kita mengungkapkan sudut pandang kita.

Jika kita tiba-tiba menahan hasrat diri tentang sesuatu, tanyakan apakah kitaa telah menyerahkan kekuatan pribadi.

"Berjuanglah demi apa yang kita yakini, dan passion kita akan terus meghidupkan kekasih kita," ucapnya.

8. Tidak saling menyentuh

Sentuhan adalah fondasi keintiman dan perasaan terhubung dengan pasangan.

“Sentuhan memungkinkan rasa terhubung dan kesesuaian dengan pasangan,” kata Carla Marie Manly, seorang psikolog klinis.

Menurutnya, sentuhan dapat meyakinkan dan menegaskan. Seseorang mungkin merasa lebih aman ketika pasangannya menawarkan sentuhan yang penuh cinta dan dukungan.

"Tidak menyentuh dapat menunjukkan kita berusaha menangkis lawan bicara. Sentuhan membawa hubungan apa pun ke tingkat yang lebih intim," kata Lynn R. Zakeri, selaku penasihat hubungan.

Zakeri mengatakan, sentuhan menunjukkan kepercayaan, kerentanan, cinta, dan ketertarikan, serta membuat orang merasa senang.

"Sentuhan bahkan dapat digunakan untuk memperbaiki perasaan yang terluka. Usapan lembut, menyentuh lengan, atau meraih tangan pasangan dapat dengan cepat memperbaiki pertengkaran," tambahnya.

Jika kita merasa tak nyaman dengan sentuhan pasangan, Zakeri menyarankan kita untuk memikirkan kembali kondisi dan masa depan hubungan kita.

9. Tak lagi tertawa bersama

Hal yang wajar jika kita membiasakan diri membahas masalah dan rutinitas sehari-hari dalam rumah tangga, apalagi jika kita sudah dikaruniai anak.

Namun, pasangan yang sehat juga sering tertawa bersama. Menurut Dr Manly, tertawa bisa menjadi elemen ikatan yang penting.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com