JAKARTA, KOMPAS.com - Pelecehan seksual di ruang publik bukanlah hal asing bagi perempuan di Indonesia. Berbagai bentuk pelecehan di berbagai ruang publik seperti alun-alun kota, transportasi umum, institusi pendidikan, bahkan tempat kerja kerap kali terjadi.
Sayangnya, pelecehan seksual di ruang publik masih sering dianggap remeh oleh masyarakat. Diskusi mengenai penyebab terjadinya pelecehan seksual juga dinilai lebih banyak menyudutkan korban daripada pelaku.
Para korban misalnya, sering dianggap mengundang dengan pakaian yang terbuka atau seksi. Padahal kenyataannya tidak begitu. Banyak anggapan soal pelecehan ini rupanya keliru dipahami masyarakat.
Oleh karenanya, koalisi yang terdiri dari Hollaback! Jakarta, perEMPUan, Lentera Sintas Indonesia, Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta (JFDG), dan Change.org Indonesia mengadakan Survei Pelecehan Seksual di Ruang Publik yang dilaksanakan secara nasional pada akhir tahun 2018 selama 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP).
Survei ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana pelecehan seksual di ruang publik terjadi, perspektif korban dan orang yang menyaksikan pelecehan, serta mengecek kebenaran mitos-mitos tentang pelecehan seksual di ruang publik seperti jenis pakaian korban dan waktu terjadinya pelecehan.
Anggapan keliru
Dari analisis data survei yang diikuti oleh lebih dari 62.000 orang, koalisi menemukan fakta menarik yang membantah mitos-mitos yang beredar terkait pelecehan seksual.
Menurut hasil survei, mayoritas korban pelecehan tidak mengenakan baju terbuka saat mengalami pelecehan seksual melainkan memakai celana/rok panjang (18%), hijab (17%), dan baju lengan panjang (16%).
Hasil survei juga menunjukkan bahwa waktu korban mengalami pelecehan mayoritas terjadi pada siang hari (35%) dan sore hari (25%), berbeda dari mitos yang banyak dipercaya orang bahwa pelecehan seksual terjadi karena korban berada di luar rumah pada malam hari.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.