Hira bukan satu-satunya produk Arkiv yang mendunia. Sebab pria lulusan Arsitektur Universitas Parahyangan ini sudah memulai kariernya di Amerika Serikat.
Arkiv menceritakan, setelah lulus kuliah, ia bekerja di sebuah firma arsitek. Namun ia merasa tidak betah.
Ada pergulatan dalam hatinya, hingga ia memutuskan berhenti, meski gajinya saat itu terbilang besar.
Ia kemudian menekuni hobinya sejak kecil yaitu menggambar. Ia pun mulai mendesain mainan, dan lalu bertekad banting setir menjadi toys designer.
Keinginannya menjadi seniman tersebut ditentang orangtua. Sebab orangtua Arkiv menilai seniman condong berkesan negatif.
Baca juga: Figurine Kaca, Karya Seni Seniman Indonesia Kolaborasi dengan IKEA
Arkiv bergeming. Ia tetap bertekad menjadi toy designer.
Pada 2007, dengan modal nekat, dia lalu menjual motor Yamaha Mio kesayangannya seharga Rp 7,5 juta.
Uang hasil penjualan motor itu digunakan untuk membuat prototype mainan. Selama dua tahunan, Arkiv mengaku "babak belur".
Ia membangun segala sesuatunya, termasuk networking ke galeri di luar negeri dengan menempuh jalan yang tidak mudah.
“Di sini (Indonesia) suka ditanya, kamu dah punya apa aja? Portofolio, CV, sudah sejauh mana? Galeri di luar negeri, kalau mereka suka, ayo dicoba,” ungkap dia.
Hingga akhirnya, dia berhasil mengirimkan prototype buatannya ke salah satu forum di Amerika Serikat.
Sesuai harapan, prototype itu mendapat sambutan hangat.