KOMPAS.com - Hidup di tengah pandemi tentu terasa aneh dan tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Sebagian besar dari kita tidak pernah diminta untuk berkorban sebelumnya, seperti tinggal di rumah saja dan membatasi kontak dengan orang lain.
Gangguan mendadak dalam hidup kita itu bisa menimbulkan kecemasan. Dan bagi sebagian orang, mereka mengabaikan bahaya virus corona dan memilih melanjutkan aktivitas seperti biasa.
Kendati berulang kali pejabat kesehatan dan pejabat pemerintah meminta masyarakat tinggal di rumah untuk memperlambat penyebaran COVID-19, banyak orang tidak menaatinya. Mereka tetap keluar rumah, menghadiri acara, atau menghabiskan waktu di pusat berbelanjaan.
Pertanyaannya, mengapa orang-orang tidak menganggap serius ancaman virus corona? Psikolog mengatakan ada beberapa alasan --dan kebanyakan berasal dari sifat dasar manusia.
Gordon Asmundson, profesor psikologi di University of Regina di Saskatchewan, sedang meneliti faktor-faktor psikologis yang terkait penyebaran dan tanggapan terhadap COVID-19.
Ia memecah masyarakat menjadi tiga kelompok berdasarkan tanggapan kita terhadap pandemi. Yaitu mereka yang menanggapi berlebihan, kurang menanggapi, dan mereka yang berada di antara keduanya.
"Penanggap berlebihan" adalah pembeli panik yang telah menimbun persediaan makanan untuk berbulan-bulan.
Mereka takut, dan berharap dengan membeli tumpukan tisu toilet dapat mengurangi ketakutan itu.
Orang-orang yang berada di "tengah-tengah" melakukan apa yang diminta tanpa panik atau bertindak gegabah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.