Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2020, 09:48 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nama Tirta Mandira Hudi atau yang akrab disapa dr. Tirta selama ini lebih lekat dengan dunia sneaker, sebagai pengamat dan pemilik bisnis. Namun, sejak merebaknya wabah Covid-19, ia menjadi salah satu aktivis yang bekerja keras melakukan pengumpulan dana dan menyebarkan informasi seputar penyakit ini. 

Bersama rekannya dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Tirta menginisiasi donasi #NutrisiGardaTerdepan lewat platform Kita Bisa untuk menyediakan makanan bergizi, susu dan vitamin bagi para tenaga kesehatan di RS rujukan Covid-19.

Belakangan ia juga berkolaborasi bersama Kita Bisa untuk membuka donasi bertajuk Bersatu Saling Bantu hingga membantu mempersiapkan kebutuhan untuk RS Darurat Covid-19.

Dibantu oleh Polda Metro Jaya, Tirta juga membagikan masker dan hand sanitizer secara acak kepada masyarakat.

Tak ketinggalan, pria lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ini juga memberikan edukasi kepada masyarakat luas untuk sama-sama mencegah penyebaran virus corona.

Melalui akun media sosialnya, pria yang senang mewarnai rambutnya ini mengungkap alasan mengapa dirinya bekerja keras untuk membantu pencegahan infeksi wabah virus corona di tanah air.

Wafatnya Guru Besar UGM, Iwan Dwiprahasto yang pernah menjadi pengajarnya ketika menjalani pendidikan di FK UGM, menjadi salah satu alasannya.

Ia sangat berduka dengan kepergian Prof.Iwan dan semakin terpacu untuk melakukan upaya pencegahan corona.

Baca juga: Guru Besar UGM yang Positif Covid-19 Meninggal Dunia

Donasi Alat Pelindung Diri untuk Pekerja MedisKOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Donasi Alat Pelindung Diri untuk Pekerja Medis

Pernah menderita TBC

Tirta bercerita dirinya pernah terinfeksi Tuberculosis (TBC) pada usia 8 tahun karena tertular temannya. Kondisi itu membuatnya harus menjalani program pengobatan selama total 10 bulan hingga kemudian dinyatakan sembuh.

Namun, saat itu ia diprediksi masih akan mengalami sejumlah penyakit pernafasan.

"Setelah penyembuhan TB, gue kena berbagai macam penyakit pernafasan. Faringitis, Laringitis, Tonsilitis, Bronkitis, dan Sinusitis. Ini sampai SMA," ungkapnya lewat akun twitternya @tirta_hudhi.

Namun kondisi itu tak menghalanginya untuk mencetak prestasi. Puncaknya, ia bahkan berhasil menembus FK UGM. Di sanalah Tirta bertemu dengan Iwan Dwiprahasto.

Karena skripsinya selesai pada semester 6 dan dianggap baik, ia ditawari beasiswa peneliti ke Belanda oleh Iwan dan dosennya yang lain. Namun, saat itu Tirta lebih memilih menekuni bisnisnya ShoesAndCare dan berkarir di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Namun, sering mengalami sakit membuatnya berhenti berkarir sebagai dokter dan memilih fokus dengan bisnis cuci sepatu miliknya, ShoesAndCare.

"So, mulailah gue berjuang as dokter edukasi dan pengusaha," tulisnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com