Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 18 Juni 2020, 19:40 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com— Untuk naik ke level lebih tinggi anak-anak harus melewati ujian. Ini adalah hal yang normal, namun karena mereka menjalaninya di tengah pandemi, kemungkinan besar tekanan yang dihadapi akan lebih besar.

Pandemi memaksa sekolah-sekolah dan universitas ditutup dan siswa belajar di rumah. Kegiatan belajar anak tentu tidak seoptimal jika dilakukan di sekolah. Mereka juga dilanda rasa bosan karena harus melalui hari-harinya di rumah.

Profesor psikiater anak dan remaja Seher Akbas dari Rumah Sakit Liv memberikan beberapa saran penting kepada orang tua dalam mendampingi kecemasan ujian yang akan dihadapi oleh anak-anak.

Kecemasan adalah keadaan waspada berlebihan secara fisik, emosional dan mental, yang dialami seseorang dalam menghadapi stimulus, dalam hal ini adalah ujian dan karantina pandemi.

Dalam kasus kecemasan yang disebabkan oleh ujian, anak-anak mungkin mengalami keadaan tekanan emosional ini sebelum, selama dan setelah ujian.

Baca juga: Materi Ujian SIMAK UI 2020, Catat!

Berlawanan dengan kepercayaan umum, ujian itu sendiri tidak menyebabkan stres. Namun, cara ujian dirasakan oleh peserta ujian adalah apa yang menyebabkan kecemasan.

Inilah sebabnya mengapa kita melihat beberapa siswa bersikap dingin saat menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang memuaskan, sementara yang lain penuh dengan kecemasan yang akhirnya menyebabkan mereka gagal.

Anak-anak dan remaja memiliki kecenderungan untuk membesar-besarkan atau menafsirkan hal negatif yang mereka hadapi sebagai bencana besar. Tak heran jika kelompok usia ini mudah cemas.

Anak dengan kecenderungan seperti ini kemudian melihat ujian sebagai ancaman atau situasi berbahaya. Pikiran mereka terus-menerus dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif seperti kekecewaan pasca-ujian dan terus membuat skenario tentang apa yang akan terjadi selama dan setelah ujian.

Baca juga: Hai Orangtua, Mari Latih Anak Belajar dari Kegagalan dan Kesalahan

Ilustrasi anak dan gadgetshutterstock Ilustrasi anak dan gadget

Mengapa sebagian anak mengalami kecemasan ujian dan yang lain tidak?

Kebanyakan anak yang mengalami kecemasan adalah mereka yang perfeksionis, memiliki harapan yang terlalu tinggi, pesimis, memiliki kebiasaan belajar yang buruk, takut gagal, kelelahan,susah tidur dan gizi buruk.

Untuk menghadapi hal ini, Akbas memberikan tips bagi orangtua agar tidak membuat anak semakin tertekan:

1. Bangun keseimbangan realistis antara harapan Anda sebagai orangtua dan kemampuan anak.

2. Hindari komentar yang memicu kecemasan seperti “Kamu tidak akan lulus dengan belajar sedikit ini," atau "Jangan mengecewakan kami" bahkan jika niat Anda hanyalah membuat mreka belajar lebih tekun.

Baca juga: PPDB 2020 Tangsel, Berkas untuk Sekolah Bisa Dikirim Pakai Whatsapp atau Ojek Online

3. Dengarkan apa yang disampaikan anak ketika mereka berbicara tentang ujian, jangan membuat komentar di tengah pembicaraan, pahami mereka dan tunjukkan empati.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau