Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/09/2020, 13:54 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seiring meningkatnya penggunaan media sosial di masa pandemi, kita pun lebih sering berinteraksi dengan orang lain yang tidak kita kenal sebelumnya.

Media sosial juga menjadi tempat di mana orang-orang menilai setiap unggahan kita, baik itu status, kiriman link berita, video, atau foto yang memperlihatkan penampilan kita.

Komentar yang datang dari warganet terkait foto penampilan kita bisa bermacam-macam, mulai dari pujian hingga komentar yang dapat membuat kita merasa putus asa terhadap penampilan atau bentuk tubuh kita (body shaming).

Body shaming di internet bisa berupa komentar sarkastik dan sinis atau komentar yang mengolok-olok bentuk tubuh kita secara gamblang.

Menurut Dr. Kedar Tilwe, Psikiater dan Seksolog di Hiranandani Hospital, India, platform media sosial bisa menjadi tempat yang mengerikan karena banyak orang tidak memberikan identitas aslinya.

Mereka bisa mengeluarkan komentar pedas, picik dan jahat. Seringkali pula komentar dari warganet tidak relevan dengan unggahan atau topik yang dibahas.

Ketika seseorang dihadapkan pada body shaming, hal itu dapat menurunkan harga diri mereka dan menyebabkan krisis kepercayaan diri bagi sang korban.

Body shaming yang dialami seseorang bisa memicu penyakit kejiwaan seperti depresi, gangguan panik, gangguan kecemasan sosial, hingga gangguan dismorfik tubuh (obsesi berlebihan terhadap bagian tubuh yang dianggap memiliki kekurangan).

Baca juga: Perilaku Body Shaming yang Sering Tak Disadari Akibatnya

Perempuan, terutama di masa remaja lebih rentan mengalami body shaming di dunia maya.

Lalu, adakah cara untuk mencegah body shaming di dunia maya?

1. Manfaatkan kebijakan dan sistem di media sosial terkait

Kesadaran media sosial adalah sesuatu yang perlu kita ketahui, mencakup kesadaran tentang protokol, tipe warganet, dan etika menggunakan media sosial.

Sebagian besar media sosial memiliki kebijakan terkait konten dan sistem untuk melaporkan ujaran kebencian.

Kita harus memanfaatkan kebijakan dan sistem yang berlaku di media sosial untuk melaporkan warganet yang melakukan tindakan body shaming.

2. Personal coping

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com