Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Face Shield Louis Vuitton, Simbol Status atau Kebutuhan Esensial?

Kompas.com - 06/10/2020, 08:07 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Forbes

"Jika Anda memiliki kacamata atau pelindung mata, Anda harus memakainya, untuk melindungi selaput lendir di mata."

Tetapi pelindung mata saja tidak cukup, ia menyarankan orang menggunakan masker bersama pelindung wajah.

Masalahnya, dengan masker yang menutupi area hidung, mulut, dan dagu, face shield tidak lagi dapat memperlihatkan seluruh bagian wajah pengguna.

Singkatnya, face shield atau pelindung wajah bisa kehilangan daya tariknya sebagai item fesyen jika dipakai bersama masker.

Baca juga: Face Shield Tanpa Masker Tak Efektif Melindungi Diri dari Virus Corona

Merilis pelindung wajah mewah dengan harga tinggi saat pandemi juga menimbulkan pertanyaan, mengingat saat ini masyarakat sedang membatasi pengeluaran mereka.

Namun, itulah yang coba diupayakan Louis Vuitton, membuat setiap orang memakai pelindung wajah dengan logo LV di kepala mereka, terlepas dari apakah cara itu berfungsi mencegah penularan atau tidak.

"Ini adalah hal logis bagi label yang mencolok," kata Benedict Auld, CEO dan pendiri Lapidarius, konsultan strategi merek yang berbasis di New York.

"Ini sepenuhnya konsisten dengan strategi Louis Vuitton secara keseluruhan, yaitu membuat produk mereka menarik perhatian."

Dan kemungkinan besar, nantinya merek atau label lain akan mengikuti langkah yang dilakukan Louis Vuitton --merilis pelindung wajah mewah dengan harga tinggi.

Apakah akan ada orang yang membelinya atau tidak, Auld melihat adanya peran masyarakat dalam konsumsi barang mewah.

Ia menilai, strategi label mewah --seperti Louis Vuitton, tercermin dalam novel distopia karangan Aldous Huxley, Brave New World.

Buku yang ditulis pada tahun 1931 dan diterbitkan setahun kemudian itu menggambarkan bagaimana masyarakat direkayasa ke dalam hierarki sosial atau kasta. Kasta Alfa berada di puncak hierarki, dan Epsilon di tempat terbawah.

"Merek-merek mewah mencapai Faustian bargain, seperti Louis Vuitton dan label pakaian lainnya, yang mencegah sebagian besar orang merasakan pengalaman menggunakan barang-barang buatan mereka," ujar Auld.

Faustian bargain, atau kesepakatan Faustian, merupakan kondisi di mana seseorang meninggalkan nilai-nilai spiritual atau prinsip moral untuk memperoleh kekayaan atau keuntungan lainnya.

"LVMH tidak memberi dampak sosial, kecuali bagi 1 persen masyarakat di kasta teratas yang mempunyai sekitar 80 persen kekayaan di dunia dan yang memiliki kepentingan," kata Auld.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com