Namun, media sosial dapat mendorong perasaan terisolasi lebih mendalam karena sering melihat kebahagiaan orang lain. Padahal, belum tentu kebahagiaan itu terjadi di dunia nyata.
Bagaimana pun, hal-hal yang diunggah ke media sosial umumnya menunjukkan versi paling bahagia dari seseorang.
“Hal ini dapat membuat pengguna media sosial berpikir hidup orang lain jauh lebih bahagia dan sempurna,” kata Lis.
Contohnya, saat putus dengan pacar, sebagian orang memilih tidak menunjukkan kesedihannya di media sosial.
Sebaliknya, mereka akan mengunggah hal-hal yang bahagia seperti berkenalan dengan orang baru.
Beda halnya ketika orang yang baru putus itu bertemu teman secara langsung. Mereka mungkin akan memeluk, meminta saran, dan menceritakan tentang kandasnya hubungan.
Pertukaran timbal balik sosial dan emosional antara teman dengan keluarga ini akan mengurangi perasaan kesepian.
Baca juga: Tanda Kamu Perlu Break dari Media Sosial
Hal tersebut pula yang membuat seseorang merasa lebih terhubung dengan orang-orang di sekitarnya, sekaligus melindungi dari depresi.
Lalu, apa yang harus dilakukan dengan media sosial, Lis menyebut sesuai dengan penelitian yang ada, batasilah penggunaan media sosial setiap hari.
Jika bisa, cobalah untuk membatasi di bawah 30 menit dulu, demi membantu meningkatkan kesejahteraan.
Selain itu, tetapkan batas penggunaan layar atau screen time menggunakan aplikasi maupun fitur di ponsel.
Di luar waktu itu, berfokusklah pada kehidupan nyata dan alihkan perhatian dari ponsel khususnya media sosial.
“Saya juga sangat menyarankan untuk mematikan notifikasi di ponsel terkait pesan singkat dan email."
"Ini dapat mendorong seseorang untuk membina lebih banyak hubungan tatap muka dan empati dengan orang-orang yang dicintai,” cetus Lis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.