Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengajarkan Anak agar Tak Mudah Percaya Hoaks di Internet

Kompas.com - 24/11/2020, 17:38 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Menurut dia, remaja termasuk individu yang paling mungkin membaca berita clickbait. Maka, orangtua perlu mendorong anak-anak mereka untuk berpikir sebelum menyebarkan informasi yang diterima.

Mereka harus mempertimbangkan apakah sumbernya bisa saja membuat orang ketakutan, marah, atau memberikan harapan positif dengan menyajikan fakta untuk mendukung klaim tersebut.

"Cari tanda-tanda kesalahan informasi. Bisa dilihat dari gambar atau judul yang mengejutkan. Mungkin juga bagaimana artikel itu dibuat tanpa fakta yang mendukung," saran dia.

Dan, karena banyak berita yang rentan menjadi hoaks, anak-anak harus membaca artikel itu secara keseluruhan sebelum mereka membagikannya.

Baca juga: 5 Dampak Negatif Media Sosial terhadap Remaja, Orangtua Perlu Tahu

3. Mendampingi anak-anak

Pengalaman mengasuh anak yang klasik adalah duduk di sebelah mereka untuk membaca buku bersama, melafalkan kata-kata, dan mengomentari gambar atau ceritanya.

Hal yang sama harus diterapkan ketika anak-anak sedang membaca sebuah informasi dalam bentuk digital.

"Orangtua dapat mendampingi anak-anak mereka ketika berada di depan layar gadget, ketimbang hanya menyerahkannya begitu saja," ujar Michelle Lipkin, Direktur Eksekutif Asosiasi Nasional untuk Pendidikan Literasi Media.

Dia menyarankan orangtua meminta anak-anak mereka untuk mengajari bagaimana cara bermain game online favorit atau menjelaskan apa yang terjadi di dalam acara yang mereka tonton.

Baca juga: Memantau Aktivitas Anak di Internet Mungkin Bukan Ide yang Baik

"Bicaralah dengan mereka tentang konten apa yang mereka nikmati untuk dikonsumsi, daripada hanya memberi tahu mereka aturan tentang apa yang harus dan tidak boleh mereka lakukan dengan teknologi," jelasnya.

"Beri komentar tentang hal-hal yang ditonton bersama, seperti bagian yang menyedihkan atau membuat marah," imbuhnya.

Seiring bertambahnya usia anak, orangtua dapat berbicara dengan mereka tentang artikel berita dan konten yang mereka lihat di internet.

Orangtua juga bisa menjelaskan, bahwa berita yang dapat dipercaya akan memberikan sumber informasi yang jelas asal usulnya.

Baca juga: Cegah Gangguan Mata Balita akibat Terlalu Lama Pakai Gawai

4. Soroti sumber informasi yang berkualitas

Belajar untuk waspada terhadap misinformasi itu penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah membantu anak-anak belajar menemukan informasi yang baik dan faktual.

Kita bisa menjelaskan standar dan proses jurnalistik yang harus diikuti oleh wartawan di media berita terkemuka.

"Orangtua harus mencari informasi yang baik dan terpercaya. Tidak bisa jika hanya menunggu sampai sumber itu dikirimkan kepada kita di media sosial," kata produser senior dan ahli strategi konten Common Sense Education, Jeffrey Knutson.

5. Membina percakapan kritis

Pemikiran kritis dan literasi media harus saling beriringan, sehingga orangtua perlu mempromosikan keterampilan analitis penting tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

"Karena kita hidup di dunia yang penuh dengan media, penting bagi orangtua untuk membicarakan teks dan gambar sebagai langkah pertama membantu anak-anak kritis dalam menerima informasi," terang Vasquez.

Baca juga: Bisa Timbulkan Depresi, Ini 5 Tips untuk Rehat dari Media Sosial

Ini bisa dimulai dengan mengetahui minat anak-anak. Dengan kata lain, temukan teks media yang ingin mereka eksplorasi dan diskusikan.

Kemudian, kita dapat meminta anak-anak untuk sekadar mengatakan sesuatu tentang apa yang mereka lihat, baca, dan dengar untuk memahami efek teks media terhadap pemahaman mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com