Sebaliknya, anjing dengan pelatihan berbasis penghargaan mengalami perilaku stres yang jauh lebih sedikit dan tingkat kortisol jauh lebih normal.
Langkah selanjutnya adalah menilai efek jangka panjang dari stres ini.
Sebulan setelah anjing-anjing itu dinilai pada saat pelatihan, 79 di antaranya kemudian dilatih untuk mengasosiasikan mangkuk di salah satu sisi ruangan dengan camilan sosis.
Jika mangkuk berada di sisi itu, selalu ada suguhan yang lezat. Namun jika terletak di sisi lain, mangkuk tidak pernah memiliki suguhan.
Kemudian, para peneliti memindahkan mangkuk di sekitar ruangan ke lokasi yang ambigu untuk melihat seberapa cepat anjing akan mendekat untuk mencari camilan.
Baca juga: 6 Jenis Anjing yang Memiliki Kepribadian Ramah, Apa Saja?
Kecepatan yang lebih tinggi diartikan sebagai anjing mengantisipasi suapan yang lezat, sedangkan kecepatan yang lebih lambat berarti anjing lebih pesimis dengan isi mangkuk.
Benar saja, semakin banyak pelatihan yang tidak menyenangkan yang diterima seekor anjing, semakin lambat ia mendekati mangkuk.
Menariknya, anjing dari kelompok pelatihan berbasis penghargaan benar-benar mempelajari lokasi mangkuk dan datang lebih cepat daripada anjing pelatihan aversif.
Ini menunjukkan, bahwa pelatihan berbasis penghargaan sebenarnya lebih efektif, meskipun mungkin karena anjing sudah memahami metode pelatihan berbasis perawatan.
Tapi, secara keseluruhan pelatihan aversif tidak selalu memiliki keunggulan dibandingkan dan pelatihan penghargaan jauh lebih baik untuk kebahagiaan anjing.
Baca juga: Dipisahkan dari Pemilik Bisa Bikin Anjing Stres
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang