Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Belajar dari Vaksinasi BCG: Tak Ada Satu Jurus Jitu Buat Sehat

Kompas.com - 22/12/2020, 07:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Sembilan bulan telah berlalu, mestinya kita bisa membenahi kebersihan pasar, cara berinteraksi, imbangan jam kerja dan waktu istirahat, serta kembali ke fitrah makanan yang dibutuhkan tubuh – kalau benar-benar ingin sehat.

Sembilan bulan bukan waktu yang singkat, ibarat seorang ibu sedang memelihara kehidupan baru dalam rahimnya, saat di mana Tuhan bekerja sama dengan sang ibu, ketika alam sedang menenun kehidupan, manusia menciptakan ruang dan waktunya.

Waktu krusial di awal seribu hari pertama kehidupan manusia, yang berkontribusi terhadap nasib seorang anak akan menjadi stunting seumur hidup atau tidak.

Apabila sembilan bulan ini kita lalui hanya seperti lelucon, memainkan jargon bernama ‘protokol kesehatan’, bergulat hanya untuk bertahan hidup tapi menciptakan masalah baru, maka saat vaksin itu benar-benar ada: tubuh sudah terlanjur menggemuk selama PSBB’.

Baca juga: Bagaimana Kita Pasca Pandemi, Tergantung Kita Hari Ini

Semakin banyak kasus pra diabetes menjadi diabetes sungguhan, sampah plastik kian menggunung lebih parah akibat kemasan-kemasan serta sarung tangan yang salah fungsi – dan pembatasan plastik belanja benar-benar menjadi komedi.

Apakah vaksinasi akan efektif dalam situasi gagap seperti itu? Barangkali kita masih punya sedikit waktu lagi untuk memperbaiki diri. Sebelum menyesal menghabiskan uang dan peluang.

Cukup sudah vaksinasi BCG menjadi cermin bagaimana kita mengendalikan penularan dan kematian TBC.

Sama-sama ditularkan melalui droplet, sama-sama bisa merusak sekian banyak organ manusia, sama-sama bisa berakibat fatal, sama-sama bermasalah pada orang-orang yang mempunyai kekebalan tubuh buruk.

Jika kita masih sama-sama saja hidup seperti dulu, rasanya malu suatu hari nanti tanah air yang indah ini dikenal sebagai negri ‘endemik Covid-19’ – dan siapa pun yang mau masuk ke sini, harus mengantongi ‘paspor vaksinasi’. Sementara negara lain tidak. Aduh.

Baca juga: Covid-19: Ujian Kesehatan, Kesadaran, dan Kewarasan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com