Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/01/2021, 12:53 WIB
Maria Adeline Tiara Putri,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Fatherly

KOMPAS.com - Beberapa negara sudah mulai melakukan vaksinasi Covid-19 terhadap warganya. Hal ini memunculkan harapan pandemi akan segera berakhir.

Kendati demikian, protokol kesehatan seperti memakai masker dan jaga jarak masih harus terus dilakukan. Setidaknya sampai satu tahun ke depan.

Alasannya karena belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan vaksinasi dapat mencegah penularan. Selain itu, penggunaan masker juga bertujuan melindungi anak-anak.

Di negara-negara tertentu, vaksinasi difokuskan untuk tenaga kesehatan dan orang dewasa. Anak-anak masuk kelompok prioritas rendah penerima vaksin karena infeksi penyakit ini pada anak tidak berdampak parah. Akan tetapi, mereka tetap harus terlindungi dari penyakit.

Vaksinasi pada orang dewasa merupakan salah satu cara untuk menjaga keamanan pada anak-anak. Tapi bukan berarti protokil kesehatan bisa diabaikan.

Baca juga: Mungkinkah Vaksin Covid-19 Benar-benar Aman untuk Tubuh?

“Mencegah penyakit parah adalah hal paling mudah, mencegah penyakit ringan jauh lebih sulit, dan mencegah semua infeksi adalah yang tersulit."

Demikian yang diungkap oleh Deepta Bhattacharya, ahli imunologi di University Arizona kepada New York Times .

Menurutnya, meskipun vaksin dianggap 95 persen efektif mencegah penyakit simptomatik, tapi belum tentu bisa mencegah semua infeksi.

Ketika seseorang mendapat vaksinasi Covid-19, sistem kekebalannya meningkat dan menghasilkan antibodi.

Apabila virus SARS-CoV-2 masuk ke tubuhnya, maka antibodi dapat melawan virus sehingga kemungkinan besar orang tersebut tidak terinfeksi.

Namun, ada juga kemungkinan antibodi yang terbentuk tidak cukup untuk melawan virus. Bila kondisinya demikian, maka virus dapat berkembang.

Baca juga: Keadilan dan Keamanan Vaksin untuk Seluruh Rakyat Indonesia

Ambil contoh antibodi seseorang tidak cukup kuat melawan virus yang ada di hidungnya. Virus kemudian bisa berkembang biak. Ketika orang tersebut bernapas atau bersin, virus yang ada di hidung bisa keluar dan kemudian menulari orang lain.

“Ini semacam perlombaan, tergantung apakah virus dapat bereplikasi lebih cepat atau sistem kekebalan dapat mengendalikannya lebih cepat,” ujar Marion Pepper, ahli imunologi di University of Washington.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Sampai di Sejumlah Daerah, Ini Rinciannya

Tidak ada yang mengetahui secara pasti berapa banyak orang yang mendapatkan vaksinasi bisa menyebabkan penyebaran virus secara asimtomatik.

Oleh karenanya, semua pihak harus berhati-hati hingga data tersedia. Jadi, meskipun seseorang telah mendapatkan vaksinasi, dia tetap harus melakukan protokol kesehatan.

Halaman:
Sumber Fatherly
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com