Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Akademisi

Platform publikasi karya akademik dari akademisi Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk khalayak luas demi Indonesia yang semakin maju.

Hak Komunikasi Anak dan Tantangan Orangtua di Masa Pandemi

Kompas.com - 19/03/2021, 12:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Wisnubrata

Pemenuhan hak komunikasi anak

Kolucki dan Lemish (2011) menyatakan bahwa salah satu hak komunikasi anak adalah untuk didengar dan dianggap serius.

Mungkin terdengar lucu bagi otak orang dewasa, akan tetapi dalam artikel yang sama Kolucki dan Lemish menjelaskan bahwa para ahli menuturkan pentingnya memosisikan anak sebagai satu individu yang utuh dengan keunikan kemampuan dan keinginan sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Maka menganggap anak-anak selalu sebagai "manusia kecil" (saja) tidak akan membantu mereka berkembang.

Terkait hak komunikasi anak pada masa pandemi ini perlu menjadi perhatian khusus orangtua.

Situasi pandemi tidak mudah dipahami oleh anak, terkhusus usia 4-6 tahun.

Orangtua harus belajar untuk menghindari komunikasi satu arah dengan kalimat perintah, misalnya "Ayo pakai masker!" atau "Tidak boleh main di luar, ya".

Komunikasi satu arah hanya merupakan proses penyampaian pesan saja tanpa memedulikan umpan balik dari anak-anak. Sehingga, orangtua belum tentu juga dapat melihat sebenarnya anak memahami pesan itu atau tidak.

Menghilangkan umpan balik dari proses komunikasi dengan anak juga berarti kita tidak memberikan hak anak untuk merespons pesan itu.

Di usia ini, anak-anak tidak hanya memiliki kemampuan untuk menerima instruksi, tetapi juga mampu memberikan reaksi emosi termasuk empati kepada orang lain.

Adapun secara sosial, anak-anak di usia ini sudah belajar untuk menempatkan dirinya sebagai bagian dari kelompok sosial (UNESCO, UNICEF, Brookings Institution, dan World Bank, 2017).

Dengan melihat kemampuan tersebut, orangtua dapat menyesuaikan informasi yang ingin disampaikan kepada anak, terkait PHBS dan protokol kesehatan.

Lalu bagimana cara orangtua menyampaikan pesan terkait PHBS sekaligus memenuhi hak komunikasi anak?

Tulisan Harrelson (2019) mengungkapkan bahwa penggunaan kata-kata sederhana dan bernada positif akan membuat anak lebih mudah memahami informasi.

Orangtua juga bisa memberikan pemahaman sederhana bahwa PHBS dan protokol kesehatan yang dilakukan anak akan berdampak besar pada orang-orang yang mereka sayangi, seperti misalnya turut menjaga dan melindungi kakek dan neneknya. Hal ini akan turut mengasah kemampuan kognisi sosial anak.

Berikutnya adalah selalu dengarkan anak dengan penuh perhatian ketika mereka bicara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com