KOMPAS.com - Serangan panik dan serangan jantung seringkali dianggap sebagai hal yang sama karena memiliki gejala berupa rasa sakit di bagian dada.
Namun faktanya, serangan jantung dan serangan panik sama sekali berbeda, termasuk cara penanganannya.
Serangan jantung terjadi ketika organ antung tidak mendapatkan darah yang dibutuhkan. Umumnya, serangan jantung disebabkan oleh arteri yang memasok darah ke jantung tersumbat.
Gejala serangan jantung meliputi nyeri atau tekanan di dada, berdebar-debar, merasa pusing atau pingsan, berkeringat dan keringat dingin, nyeri atau sakit di tubuh bagian atas, seperti rahang, leher, lengan, bahu, atau punggung, sesak napas, serta mual atau muntah.
Baca juga: Gejala Mirip, Apa Beda Serangan Jantung dan Pannick Attack?
Serangan jantung bisa mengancam nyawa, jadi jangan menunggu gejalanya hilang. Segera cari pertolongan medis jika kita memiliki tanda-tanda serangan jantung.
Gejala serangan panik
Serangan panik adalah serangan tiba-tiba karena ketakutan atau kecemasan yang luar biasa. Serangan panik tidak mengancam nyawa, tetapi mengganggu kualitas hidup dan kesejahteraan mental.
Orang yang sering mengalami serangan panik bisa memiliki gangguan panik, sejenis gangguan kecemasan.
Namun serangan panik yang terisolasi dapat terjadi pada siapa saja, bahkan tanpa diagnosis gangguan panik.
Baca juga: Mengenal 5 Jenis Gangguan Kecemasan, Termasuk Serangan Panik
Gejala serangan panik mencakup; merasa cemas dan takut secara tiba-tiba, sakit di dada, kesulitan bernapas, merasa malapetaka akan datang, berdebar kencang, berkeringat, gemetar, lemah atau pusing, sakit perut atau mual.
Perbedaan serangan panik dan serangan jantung
Gejala kedua kondisi ini bisa sangat mirip. Ahli jantung, Mistyann-Blue Miller MD membahas perbedaan utamanya.
1. Area nyeri
Pada serangan jantung, nyeri menyebar ke area lain seperti lengan, rahang atau leher. Jika itu serangan panik, rasa sakit biasanya akan bertahan di dada.
Baca juga: Hindari 9 Makanan Ini untuk Menjaga Kesehatan Jantung