Ia bertujuan untuk berlari sejauh 48-64 kilometer sehari, dan mencapai kota New York dalam 100 hari.
Mengalami hambatan
Namun, berlari di ketinggian dengan cedera pada tahap awal meruntuhkan kepercayaan diri Sidibe.
"Sekitar hari ke-25, saya pikir sudah berakhir," kata dia.
"Saya sangat kesakitan. Lutut saya kaku, saya tidak bisa menekuknya."
Dia mengaku seorang fisioterapis menyarankan untuk beristirahat dan memulihkan diri pada saat itu, tetapi tidak ada kata berhenti berlari.
"Saya tidak peduli seberapa lambat saya berlari, selama saya dapat menyelesaikan jarak tempuh saya hari itu," tutur Sidibe mengisahkan.
Garrett Jones, ahli kinesiologi dan ahli nutrisi kebugaran yang merupakan sahabat Sidibe tidak tinggal diam.
Jones memberikan pijatan harian dan memantau asupan makanan Sidibe, dengan menerapkan diet vegan namun memperbanyak karbohidrat.
Baca juga: Bagaimana Cara Berlari untuk Menurunkan Berat Badan?
Berlari delapan jam dan membakar lebih dari 4.000 kalori sehari rupanya juga berdampak buruk pada kesehatan mental Sidibe.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.