Alasannya, kata dia, banyak korban merasa malu, bersalah, menyalahkan diri sendiri, serta takut dijauhi dan dikucilkan.
"Sehingga untuk dapat berbicara, bahkan pada orang terdekat, membutuhkan keberanian."
"Apakah ingin berbicara kepada satu kelompok atau seratus orang, dibutuhkan keberanian yang sangat besar untuk menceritakan kisah Anda, berani untuk terbuka," tuturnya.
Baca juga: Pelecehan Seksual di Konser Musik, Tersembunyi tapi Wajib Diwaspadai
Bercerita sebetulnya bisa membantu korban melewati rasa malu dan kerahasiaan yang membuat mereka merasa terisolasi.
Beberapa orang juga membuka dalam upaya memberdayakan diri mereka sendiri dan mendidik orang lain tentang kekerasan seksual.
"Bercerita adalah salah satu cara Anda bisa menjadi model bagi para penyintas lainnya. Ini bisa memberdayakan untuk berbicara menentang kejahatan orang lain. Berbicara dapat mengangkat beban keheningan," ucapnya.
Namun, ketika hendak "speak up", perlu dipastikan korban sudah lebih tenang dan berani untuk menceritakan masalahnya.
Ketika sudah terbuka dengan orang-orang terdekat yang dapat dipercaya, korban bisa mencari bantuan profesional untuk mendampingi.
Namun, pastikan tidak memaksa korban untuk bercerita.
"Jangan memaksa korban untuk menceritakan pengalaman tersebut karena mampu membuat dirinya semakin takut dan cemas," kata Ayu.
Baca juga: 6 Cara Kenali Beda antara Pujian dan Pelecehan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.