KOMPAS.com – Pandemi yang berkepanjangan telah membatasi aktivitas banyak orang. Baik orang dewasa atau anak-anak sama-sama rentan mengalami tekanan mental.
Orangtua perlu memperhatikan kondisi anak, bukan hanya fisiknya tetapi juga mental. Kenali tanda-tanda anak mengalami stres atau pun kecemasan.
Mengutip survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, sebanyak 13 persen anak sudah mengalami depresi akibat pandemi. Kekerasan yang terjadi pada anak juga cukup tinggi.
Psikolog anak dan keluarga, Saskhya Aulia Prima, M.Psi, mengatakan orangtua perlu mengenali tanda-tanda anak butuh bantuan profesional.
“Lihat mood anak. Apakah dia sedih terus, jadi bergantung banget dengan orangtuanya padahal dulunya sudah mandiri, atau anak malah makin agresif seperti memukul atau melempar barang,” kata Saskhya dalam acara IG Live Happy at Home with Hometown Dairy beberapa waktu lalu.
Baca juga: Tips Pola Asuh agar Anak Lebih Cerdas
Pada anak yang sudah sekolah, terkadang anak juga jadi tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya atau pun rutinitasnya berantakan.
“Coba dibawa berkonsultasi supaya anak lebih terjaga kesehatan mentalnya. Lagi pula sekarang sudah bisa konsultasi dengan psikolog secara online,” kata co-founder lembaga psikologi Tiga Generasi ini.
Selain anak, orangtua juga mulai berada di titik jenuh karena menjalani berbagai peran sekaligus.
Menurut Saskhya, di masa pandemi banyak orangtua yang mengalami parental burnout atau kelelahan menjalani peran pengasuhan anak.
Karena itu ia mengingatkan pentingnya orangtua untuk memahami kebutuhan mentalnya sehingga bisa memiliki interaksi yang positif dengan anak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.