Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/09/2021, 16:04 WIB
Anya Dellanita,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pola makan yang sehat dan pengaruhnya bagi tubuh, semakin banyak pula variasi diet.

Nah, salah satu pola diet yang populer saat ini adalah diet raw vegan.

Sesuai namanya, diet raw vegan ini meliputi makanan mentah, atau tidak dimasak di atas suhu 47 derajat Celcius. Untuk variasi makanannya, terdiri dari 100 persen makanan berbasis tumbuhan, yang berarti tidak ada susu, gelatin, atau madu sama sekali di dalamnya.

Untuk mengetahui soal diet raw vegan lebih lengkap, simak paparan berikut.

Diet raw vegan dan vegan, apa bedanya?

Baik raw vegan atau vegan, keduanya menganut veganisme. Artinya, tidak menggunakan atau memakan produk berbasis hewan sama sekali.

Perbedaannya hanya terletak pada mentah atau tidaknya makanan. Vegan tradisional bisa mengonsumsi makanan matang, seperti burger sayuran yang dimasak atau sup.

Sebaliknya, raw vegan hanya mengonsumsi makanan mentah.

Kini, di Amerika Serikat, restoran vegan pun mulai menyajikan makanan vegan mentah. Biasanya, kita akan melihat berbagai menu mentah, seperti salad atau sayuran yang dimarinasi, smoothies, açaí bowls, chia pudding, dan versi mentah dari nachos, pizza, atau pad Thai.

Baca juga: 8 Buah dan Sayuran yang Lebih Berkhasiat Dikonsumsi Mentah

Apa keuntungannya?

Salah satu keuntungan utama diet raw vegan adalah kita tidak mengonsumsi makanan olahan.
Sebab, tak sedikit studi-studi yang menemukan bahwa konsumsi makanan olahan berlebih dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas, penyakit jantung, kanker, diabetes tipe 2, hingga iritasi usus besar.

Selain itu, karena tidak dimasak, beberapa kandungan nutrisi dalam makanan tidak akan rusak atau berkurang.

Kendati demikian, penelitian menunjukkan bahwa saat sayuran dimasak, pemasan akan meningkatkan penyerapan antioksidan.

Baca juga: Wajib Coba 5 Makanan Plant Based Untuk Meredakan Cemas

Ilustrasi menanam sayuran di halaman rumah.SHUTTERSTOCK/ENCIERRO Ilustrasi menanam sayuran di halaman rumah.

Sayangnya, hingga kini penelitian terkait diet raw vegan masih sedikit. Namun, salah satu penelitian lama yang meminta partisipan untuk mengikuti diet ini selama satu hingga tiga minggu membuktikan bahwa 12 minggu setelah kedatangan mereka, para peneliti mendapati peningkatan kualitas emosional dan mental.

Kecemasan para partisipan berkurang hingga 18,6 persen dan stress berkurang hingga 16,4 persen. Selain itu, para partisipan menyatakan mereka bisa mengurus diri lebih baik.

Baca juga: Tak Perlu Cuci Buah dan Sayuran Pakai Sabun, Mengapa?

Dampak negatif diet raw vegan

Jika ada dampak positif, tentu ada dampak negatif. Begitu pula dengan diet raw vegan.

Menjadi vegan saja kita bisa kekurangan beberapa asupan nutrisi, seperti vitamin D dan B12, zat besi, seng, dan kalsium, apalagi mereka yang melakukan diet raw vegan.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Advanced Research in Life Sciences pada 2019 silam, raw vegan bisa mengakibatkan kurangnya asupan protein, selenium yang dibutuhkan untuk fungsi tiroid, produksi DNA, dan perlindungan sel dari kerusakan yang diakibatkan radikal bebas dan infeksi.

Pasalnya, untuk melindungi sel, dibutuhkan asam lemak omega-3, asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docosahexaenoic (DHA) yang akan menghadapi inflamasi.

Selain itu, sebuah penelitian lain mengungkapkan bahwa diet vegan mentah dapat diasosiasikan dengan massa dan kepadatan tulang yang rendah.

Baca juga: 5 Makanan Khas Indonesia untuk Diet Vegan ala Sophia Latjuba

 

Lalu dalam jangka panjang, diet ini terbukti memicu amenorea atau hilangnya periode menstruasi, baik secara parsial hingga utuh.

Diet raw vegan juga akan sulit dilakukan dalam jangka panjang. Sebuah penelitian pada tahun 2008 yang memantau perkembangan orang-orang yang tinggal di institut raw vegan selama satu hingga tiga minggu, melaporkan bahwa hanya 14 dari 84 peserta yang tetap patuh pada diet ini setelah tiga bulan.

Ada berbagai tantangan yang mengakibatkan hal ini, seperti pengaruh teman dekat dan keluarga, serta godaan oleh makanan lain yang bukan makanan raw vegan.

Lalu, karena memasak dapat membunuh bakteri, mereka yang menganut diet raw vegan berisiko menderita keracunan makanan.

Tak hanya itu, makanan mentah juga bisa mengandung serat tinggi, membuat kesehatan pencernaan bisa terganggu. Sebab, asupan serat harus ditingkatkan waktu ke waktu agar sistem pencernaan kita mampu beradaptasi.

Berat badan pun akan terpengaruh, bisa menurun drastis akibat makanan yang terbatas, namun bisa membuat berat badan naik drastis jika terlalu banyak mengonsumsi kalori dari kacang mentah atau buah-buahan.

Baca juga: Makanan Mentah vs Makanan yang Dimasak, Apa Efeknya pada Usus?

Artinya, berat badan tidak akan bisa diprediksi lagi.

Jadi, akan lebih baik jika sebelum melakukan diet raw vegan, kita melakukan konsultasi dengan ahli diet resmi terlebih dahulu untuk mengurangi dampak negatifnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com