Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Berat Badan Bertambah Setelah Berhenti Merokok?

Kompas.com - 22/10/2021, 06:06 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Eat This

KOMPAS.com - Tantangan terbesar yang dihadapi oleh perokok adalah bagaimana mereka dapat berhenti merokok.

Bagi perokok, menghisap sebatang rokok seusai makan atau sembari ngopi sudah menjadi kebiasaan otomatis yang sulit dihentikan.

Sementara itu, mereka yang pada akhirnya berhenti merokok kerap melaporkan satu efek samping, yakni peningkatan berat badan.

Lantas, apakah perokok harus berhenti merokok, atau melanjutkan kebiasaan tidak sehat tersebut?

Perlu digarisbawahi, berhenti merokok adalah langkah terbaik untuk kesehatan kita, terlepas dari efek samping yang tidak diinginkan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyatakan, berhenti merokok bisa mengurangi risiko mengembangkan penyakit paru obstruktif kronis dan penyakit kardiovaskular.

Jika berat badan bertambah setelah berhenti merokok, ketahuilah bahwa ini merupakan hal yang wajar.

Baca juga: Lihatlah yang Terjadi pada Tubuh Setelah Kita Berhenti Merokok

Temuan studi yang dimuat dalam jurnal Drug and Alcohol Dependence menyebutkan, orang yang berhenti merokok akan mengidam lebih banyak makanan olahan.

Sebab, makanan olahan dapat mengisi kekosongan yang ditinggalkan nikotin.

"Kami melihat apakah penghentian nikotin meningkatkan asupan makanan cepat saji yang tinggi garam, lemak, dan gula atau tidak," kata penulis studi Mustafa al'Absi, PhD.

Ia merupakan psikolog berlisensi dan profesor di Department of Family Medicine and Biobehavioral Health di University of Minnesota Medical School.

"Juga bagaimana reseptor penghilang stres dari sistem opioid terlibat."

Para peneliti mengamati sekelompok perokok dan non-perokok berusia antara 18 dan 75 tahun. Semua peserta diminta untuk berhenti merokok selama 24 jam.

Mereka diberikan 50 miligram naltrexone (obat yang digunakan untuk mengobati gangguan penggunaan opioid dan alkohol) atau plasebo.

Para peneliti mencatat, penggunaan obat itu ditujukan untuk melihat apakah keinginan peserta yang merokok terhadap makanan cepat saji bisa dikurangi dengan menghalangi sistem opioid alami tubuh atau tidak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com