Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Josephus Primus

Jurnalis di Kompas.com yang lagi senang memperhatikan perilaku orang bereuni.

Reuni Sekolah, Bukan Sekadar CLBK

Kompas.com - 01/11/2021, 08:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Wisnubrata

"Asli, ini pengalaman yang paling keren," gumam saya.

Kabar yang saya dapat, sekolah saya tercinta itu masih saja tergenang banjir saat musim hujan.

Alhasil, Jumat sore hingga malam itu, kami jadi bereuni.

Lumayan, dalam hitungan saya ada sekitar 50-an orang teman seangkatan yang hadir.

Seperti biasa, saat reuni semua kenangan-kenangan di masa lalu kembali keluar dan menjadi bahan obrolan yang menggembirakan.

Kami semua tertawa lepas.

Kami semua bergembira.

Kami semua sejenak lupa akan kepenatan hidup masing-masing.

Pokoknya, reuni.

Semua bergembira!

Sejatinya, pertemuan reuni pada Jumat itu, bukanlah kali pertama buat saya.

Beberapa reuni, paling sering dengan teman seangkatan masuk tahun 1985 di SMA Kolese Seminari Santo Petrus Kanisius Magelang, saya ikuti.

Bila di reuni SD Tarakanita 2 dan SMP Tarakanita 1 saya akan berjumpa dengan Santi dan kawan-kawan perempuan lainnya, jangan harap pada reuni di sekolah asrama di kawasan Kecamatan Mertoyudan, Magelang yang sejuk hawanya itu, perjumpaan dengan cewek-cewek terjadi.

"Ini sekolah cowok Bung," kata Ketua Angkatan kami, Toni Roestiawan.

Sekjen DPP PDI-P Hasto Kristiyanto di SMA Seminari Mertoyudan Kabupaten Magelang, Sabtu (30/6/2018).KOMPAS.com/IKA FITRIANA Sekjen DPP PDI-P Hasto Kristiyanto di SMA Seminari Mertoyudan Kabupaten Magelang, Sabtu (30/6/2018).

Kami menamakan diri angkatan Susterkesot.

Nama Susterkesot memang berasal dari cerita lama di kompleks sekolah kami.

Di halaman belakang kompleks sekolah seluas 5 hektare itu, pernah ada beberapa makam.

Sekolah kami, berdiri sejak 1912, masih menyisakan gedung-gedung tua peninggalan pembangunan pendidikan zaman Belanda.

Suasananya memang tenteram, namun bagi yang kali pertama bertandang ke situ, rasa angker dan sedikit mencekam pasti terasa.

Kisah Susterkesot, entah dari mana sumber pertamanya, adalah cerita, konon, tentang hantu suster yang berjalan mengesot dari arah bekas kuburan di Seminari.

Cerita itu acap dipakai untuk menakut-nakuti siswa baru di Seminari.

Nama Susterkesot itu membekas di benak kami walaupun, hingga saya lulus, saya belum pernah berjumpa dengan suster itu.

Setelah melampaui beberapa reuni, pada akhirnya, angkatan kami di Kolese itu, kedatangan kaum perempuan.

Mereka adalah para istri.

Terus terang, setelah melalui obrolan panjang, kami, para lelaki, punya kesepakatan bersama bahwa mengajak serta pasangan hidup adalah puncak dari sebuah reuni.

Buat saya, reuni paling sempurna adalah reuni yang mengajaksertakan pasangan hidup plus anak-anak.

"Kami saling membaur dan bercerita, Kebiasaan ini bahkan menjadi kerinduan anak-anak kami untuk ingin selalu bereuni kembali," ujar Toni Roestiawan.

Iseng-iseng, sore itu, saya membanding-bandingkan dari satu reuni ke reuni lain yang pernah saya ikuti.

Sepertinya lazimnya, "kebiasaan", keseringan mengadakan reuni, pada satu sisi, memang mempererat hubungan keakraban satu sama lain.

Namun demikian, keseringan mengadakan reuni, biasanya, berhenti pada kehabisan cerita.

"Kita ngomongin apa lagi ya," begitu pernah terlontar ucapan seorang kawan saya.

Nah, kondisi kehabisan cerita ini biasanya menarik.

Pasalnya, di tengah kondisi stagnan itu, akan ada ide-ide baru yang mengemuka.

Bahwa ide baru tersebut adalah arisan, bagi saya itu hal biasa.

Yang luar biasa adalah ide memberikan perhatian lebih pada almamater.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com