Demikian kata Bonfilio dalam pemutaran video dokumenter "Generasi Terakhir Pengrajin Tusuk Konde Patri Tiup" yang digelar secara virtual pada Selasa (14/12/2021).
"Patri tiup merupakan warisan leluhur pertama yang digunakan masyarakat Kotagede untuk membuat tusuk konde."
Dalam video dokumenter itu, Bonfilio menjelaskan, tusuk konde dibuat dari lembaran kuningan dengan menggunakan cetakan yang sudah ada.
Begitu lembaran kuningan tercetak, bagian tangkai dan lembaran tusuk konde kemudian disatukan dengan cara meniup plong agar tercipta kobaran api.
Di Kotagede Yogyakarta, Pak Bardian merupakan generasi terakhir pengrajin tusuk konde patri tiup yang masih tersisa.
Pak Bardian dalam video tersebut menjelaskan teknik byar pet untuk membuat tusuk konde patri tiup.
"Byar pet itu adalah teknik mengolah napas saat meniup plong dalam pembuatan tusuk konde. Hembuskan napas, tarik napas," sebut Bonfilio.
"Api tidak boleh terus memanasi patri, tetapi harus ada jeda dalam proses penyambungan."
"Proses yang dilakukan Pak Bardian memang harus menggunakan 'rasa' untuk menghasilkan tusuk konde yang luar biasa," imbuh dia.
Pada zaman dulu, sambung Bonfilio, semua wanita Jawa membutuhkan tusuk konde sebagai penghias sanggul ketika ingin menghadiri acara-acara adat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.