SAKIT jantung sering dibayangkan oleh khalayak ramai dengan pasien yang mengalami nyeri di dada dan sering disebut sebagai angin duduk.
Sebenarnya, kondisi tersebut akan lebih tepat disebut sebagai serangan jantung yang sebagai akibat dari tersumbatnya pembuluh darah arteri koroner yang bertugas memberikan zat-zat makanan pada otot jantung.
Namun, sakit jantung sebenarnya memiliki banyak variasi dari penyakit jantung bawaan lahir hingga penyakit gagal jantung.
Nah, pengalaman saya ketika berhadapan dengan pasien atau keluarganya, kebanyakan akan “mengernyitkan” dahi ketika saya menggunakan istilah “gagal jantung”.
Pertanyaan paling umum adalah:
“Hah? Jantungnya udah rusak dan mau meninggal, Dok?”
“Gagal jantung? Wah parah banget gak bisa disembuhin, Dok?”
Respons yang sangat wajar karena istilah gagal jantung memang belum banyak diketahui oleh masyarakat.
Sejujurnya, dulu pada saat saya menempuh pendidikan sebagai koas (calon dokter) pun memiliki reaksi yang sama.
Tapi, dengan melihat variasi pasien dengan gagal jantung, sebenarnya pasien dengan gagal jantung, dengan kontrol yang baik, dapat hidup seperti layaknya orang normal.
Istilah gagal jantung sendiri sebenarnya diadaptasi dari padanan bahasa Inggrisnya, yaitu “Heart failure”.
Kondisi gagal jantung menggambarkan kondisi jantung yang fungsinya tidak lagi optimal seperti jantung yang sehat.
Penyebab gagal jantung pun banyak ragamnya, dari kondisi tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol, terdapatnya kebocoran atau bahkan menyempitnya katup jantung, penyakit jantung bawaan sejak lahir, hingga terjadinya sumbatan pembuluh darah jantung.
Variasi beratnya gejala gagal jantung sebenarnya bervariasi dari ringan hingga berat.
Ilmu kedokteran hingga saat ini membagi menjadi empat tingkatan gejala berdasarkan kriteria new york heart association (NYHA):
(1) Pasien tanpa gejala, tapi biasanya mulai terdapat penebalan otot jantung yang dapat dilihat dari pemeriksaan tambahan seperti rekam jantung ataupun ultrasound (USG) jantung;