Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/01/2022, 08:12 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber USA Today

KOMPAS.com - Gejala lebih ringan yang ditimbulkan varian Omicron mungkin membuat beberapa orang merasa sedikit lega dan bahkan menganggap enteng.

Padahal, fakta tersebut bukan berarti memungkinkan kita menjadi teledor dalam menjaga ancaman infeksi.

Terlebih jika kita menyimak perkiraan yang bakal terjadi di Amerika Serikat, di mana virus ini disebut tetap bisa memakan banyak korban jiwa.

Baca juga: Peneliti Israel Menduga Vaksin Keempat Tak Efektif Hadapi Omicron

Di AS, diperkirakan 50.000-300.000 penduduk terancam nyawanya akibat varian Covid-19 ini, sebelum gelombang pendemi surut pada pertengahan Maret mendatang.

Menurut laporan Associated Press, perkiraan tersebut merupakan proyeksi para pemodel, yang mengingatkan bahwa Omicron memiliki daya tular lebih tinggi di balik gejala ringannya.

Rata-rata kasus kematian akibat Covid-19 di AS masih berjarak sekitar tujuh hari dari satu kematian ke kematian lainnya. Sama seperti pada pertengahan November lalu.

Per Senin (17/1/2022) lalu, kasus kematian akibat varian Omicron di AS mencapai hampir 1.700, meski jumlah ini masih di bawah puncaknya, 3.300 kematian pada Januari 2021 silam.

Baca juga: Berapa Lama Gejala Omicron Berlangsung?

Nah, kekhawatiran jumlah kasus dalam beberapa minggu mendatang sebenarnya dapat digambarkan secara sederhana.

Jika infeksi baru telah mencapai puncaknya di beberapa area di AS, artinya jumlah rata-rata kasus berjumlah sekitar 800.000 per hari secara nasional.

Dengan demikian, capaian ini tiga kali lipat lebih banyak dari gelombang kasus pada tahun lalu.

Tentu hal ini akan menyebabkan rumah sakit penuh dan potensi kematian pasien tak dapat dihindari.

Apalagi, saat ini saja sudah ada sekitar 150.000 pasien Covid-19 di rumah sakit di AS.

Lalu, jika proyeksi 50.000-300.000 kematian itu menjadi kenyataan, kematian akibat Covid-19 di AS dapat melampaui satu juta jiwa pada awal musim semi mendatang.

Baca juga: Bill Gates: Setelah Omicron Berakhir, Covid-19 Jadi Flu Biasa

"Omicron tetap akan membuat banyak orang meninggal karena sangat menular," kata ahli epidemiologi Jason Salemi dari University of South Florida.

Sementara itu, Katriona Shea dari Pennsylvania State University, salah satu pemimpin pemodel, memperkirakan, gelombang kematian akan mencapai puncaknya pada akhir Januari atau awal Februari.

Bahkan menurut dia, gelombang kali ini akan melampaui puncak Delta tahun lalu.

“Ini digerakkan oleh Omicron,” kata Shea, yang kembali menggarisbawahii bahaya yang ditimbulkan oleh virus varian terbaru tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber USA Today
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com