KOMPAS.com - Gejala lebih ringan yang ditimbulkan varian Omicron mungkin membuat beberapa orang merasa sedikit lega dan bahkan menganggap enteng.
Padahal, fakta tersebut bukan berarti memungkinkan kita menjadi teledor dalam menjaga ancaman infeksi.
Terlebih jika kita menyimak perkiraan yang bakal terjadi di Amerika Serikat, di mana virus ini disebut tetap bisa memakan banyak korban jiwa.
Baca juga: Peneliti Israel Menduga Vaksin Keempat Tak Efektif Hadapi Omicron
Di AS, diperkirakan 50.000-300.000 penduduk terancam nyawanya akibat varian Covid-19 ini, sebelum gelombang pendemi surut pada pertengahan Maret mendatang.
Menurut laporan Associated Press, perkiraan tersebut merupakan proyeksi para pemodel, yang mengingatkan bahwa Omicron memiliki daya tular lebih tinggi di balik gejala ringannya.
Rata-rata kasus kematian akibat Covid-19 di AS masih berjarak sekitar tujuh hari dari satu kematian ke kematian lainnya. Sama seperti pada pertengahan November lalu.
Per Senin (17/1/2022) lalu, kasus kematian akibat varian Omicron di AS mencapai hampir 1.700, meski jumlah ini masih di bawah puncaknya, 3.300 kematian pada Januari 2021 silam.
Baca juga: Berapa Lama Gejala Omicron Berlangsung?
Nah, kekhawatiran jumlah kasus dalam beberapa minggu mendatang sebenarnya dapat digambarkan secara sederhana.
Jika infeksi baru telah mencapai puncaknya di beberapa area di AS, artinya jumlah rata-rata kasus berjumlah sekitar 800.000 per hari secara nasional.
Dengan demikian, capaian ini tiga kali lipat lebih banyak dari gelombang kasus pada tahun lalu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.