Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Pengalaman Hidup Dapat Mengubah Sifat Seseorang?

Kompas.com - 24/03/2022, 10:22 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perubahan karakter sebenarnya adalah hal yang biasa dalam hidup seseorang.

Umumnya, orang-orang, termasuk banyak psikolog, berpendapat bahwa perubahan karakter ini disebabkan oleh adanya perubahan pada hidup seseorang.

Namun, pernyataan itu sulit dibuktikan faktanya.

Dilansir dari Psychology Today, hampir tidak ada bukti bahwa pengalaman hidup biasa dapat mengubah sifat seseorang.

Memang, ada beberapa penelitian yang melaporkan bahwa momen seperti perceraian atau memulai karier dapat mengubah karakter seseorang, meski efeknya sangat kecil.

Sedangkan momen traumatik yang cukup parah mungkin dapat memberikan efek lebih kuat dalam mengubah karakter seseorang.

Namun, tetap saja itu sangat jarang dan tetap tak bisa menjelaskan mengapa perubahan karakter bisa terjadi.

Bahkan, dalam salah satu studi yang meneliti tentang perubahan karakter ribuan orang dewasa di Belanda, perubahan karakter baru terjadi beberapa tahun setelah momen seperti pernikahan, kelahiran anak, atau perceraian.

Penelitian lainnya menyebutkan bahwa karakter seseorang bisa berbeda-beda dan banyak faktor yang mempengaruhinya.

Misalnya tinggal dalam keluarga yang sama tidak membuat sifat anak serupa, dan urutan kelahiran tidak berkaitan dengan karakter seseorang.

Intinya, jika pengalaman hidup benar-benar membentuk perilaku seseorang, tentu peneliti sudah mengetahui alasannya, tidak seperti saat ini.

Penyebabnya tak dapat diprediksi

Kurangnya bukti bukan berarti pengalaman biasa tidak memengaruhi karakter seseorang.

Namun, bisa saja efek dari pengalaman itu tak dapat diprediksi.

Menurut editor di European Journal of Personality René Mõttus, Ph.D. dalam artikelnya di Psychology Today, setiap perubahan karakter yang terjadi mungkin merupakan hasil dari banyak penyebab kecil, sehingga untuk menemukannya, dibutuhkan penelitian kompleks.

Lalu, perlu diingat bahwa pengalaman dapat mempengaruhi orang-orang dengan cara berbeda.

Misalnya, jika beberapa orang menganggap bahwa perceraian itu menyakitkan, beberapa yang lain akan merasa bebas.

Jadi, mungkin bukan peristiwa eksternal yang mengubah seseorang, tetapi orang itu sendiri yang mungkin ingin berubah, dan ia berhasil mencapainya, baik dengan atau tanpa bantuan.

Lalu, beberapa perubahan sifat mungkin terjadi begitu saja tanpa ada penjelasan yang dapat ditemukan.

Menanggapi soal pengalaman hidup yang dapat mengubah seseorang dalam cara yang tak bisa diprediksi ini, Mõttus pun mengatakan bahwa ia justru “bersyukur” karenanya.

“Jika karakter seseorang dapat diprediksi dari pengalaman hidupnya, ini akan menjadi tak adil,” ujarnya.

“Bayangkan, jika satu orang kehilangan pekerjaan, ia akan mengalami penurunan kepercayaan diri, sementara teman mereka yang menikmati pengalaman kerja yang stabil, menjadi semakin percaya diri,” tambahnya.

Ia juga berpendapat bahwa jika mayoritas perubahan karakter memiliki berbagai penyebab, ke depannya akan ada dampak baik dan buruk yang terjadi.

Menurutnya, hal terpenting dalam masalah ini adalah reaksi kita, artinya kita memiliki peran aktif dalam menentukan bagaimana suatu peristiwa akan mengubah kita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com