Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Aphasia, Gangguan Kognitif Langka yang Diderita Bruce Willis

Kompas.com - 31/03/2022, 08:44 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Bruce Willis menyatakan mundur dari dunia akting setelah didiagnosis menderita aphasia.

Aktor laga senior itu mengalami penyakit yang cenderung langka dan memengaruhi kemampuan kognitifnya.

Hal tersebut disampaikan oleh sejumlah kerabat bintang Die Hard ini di Instagram, termasuk mantan istrinya, Demi Moore.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Demi Moore (@demimoore)

Keluarga Bruce Willis tidak memberikan keterangan lebih jauh soal penyebab ataupun kondisi kesehatannya saat ini.

Namun, dikutip dari NBC News, aphasia alias afasia menggambarkan kondisi neurologis yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara verbal atau melalui tulisan.

Baca juga: Penyakit Langka Sebabkan Wanita Ini Jadi Terjangkung Sedunia

Sekitar dua juta orang di Amerika Serikat mengalaminya dan hampir 180.000 per orang menjadi penderita baru setiap tahun, menurut National Aphasia Association.

Penyebab paling umum dari afasia adalah kerusakan otak akibat stroke, meskipun bisa juga timbul akibat cedera kepala, tumor otak, infeksi, atau penyakit degeneratif seperti alzheimer.

Apa itu aphasia, penyakit langka yang diderita Bruce Willis?

Afasia disebabkan oleh kerusakan pada satu atau lebih area otak yang berhubungan dengan bahasa, menurut National Institutes of Health.

"Aphasia sering terjadi setelah cedera kepala atau stroke, yang memotong aliran darah ke area otak yang bertanggung jawab untuk berbicara," kata Adam Boxer, seorang profesor neurologi di University of California, San Francisco.

Namun, afasia dapat muncul secara bertahap dengan pertumbuhan tumor otak, penyakit saraf, atau infeksi.

"Banyak orang mengalami afasia yang sangat lambat dan berbahaya," kata Boxer.

Baca juga: Selain Williams Syndrome, Ini 8 Penyakit Langka yang Menyerang Anak-anak

Gejala aphasia cenderung bervariasi pada setiap penderitanya, termasuk pula tingkat keparahannya.

Dalam kasus yang paling serius, penyakit ini dapat membuat penderitanya nyaris tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain.

Ketika masih dalam taraf ringan, afasia dapat memengaruhi hanya satu aspek penggunaan bahasa.

Seseorang dengan afasia ringan mungkin tidak dapat mengingat nama-nama obyek, misalnya, atau mungkin kesulitan membaca atau menyusun kata-kata menjadi kalimat yang jelas.

Baca juga: Kurang Stimulasi dan Interaksi Jadi Pemicu Anak Terlambat Bicara

Hal ini membuat aphasia sering sulit dibedakan dan dikenali karena kebanyakan orang mengalami kehilangan ingatan seiring dengan pertambahan usia.

Kadang orang merasakannya hanya sebagai dampak dari penuaan meskipun bisa berarti kondisi kesehatannya sedang terganggu.

Apakah aphasia bisa disembuhkan?

Ilustrasi orangtua yang menderita beri-beri Ilustrasi orangtua yang menderita beri-beri
Boxer mengatakan, beberapa kasus afasia dapat diobati dan diperbaiki kondisinya jika penyebabnya diketahui lebih awal.

"Seorang pasien stroke yang menderita afasia mungkin mendapatkan kembali kemampuan untuk berbicara," kata Boxer.

Tetapi, National Aphasia Association di Amerika Serikat mengatakan, pemulihan total tidak mungkin terjadi jika gejala tetap terjadi pada dua atau tiga bulan setelah stroke.

Namun, ditegaskan pula bahwa beberapa orang penderitanya dapat terus meningkatkan kemampuannya selama bertahun-tahun dan bahkan beberapa dekade.

Baca juga: Mandi Air Panas Bisa Turunkan Risiko Stroke, Percaya?

Tetapi, dengan afasia yang lebih lambat, kata Boxer, dokter biasanya akan memulai dengan pemindaian otak.

Tujuannya untuk menyingkirkan tumor yang menekan bagian bicara otak atau penyebab neurologis lainnya.

Boxer mengatakan, ahli saraf akan fokus pada apa yang bisa diperbaiki pada tubuh pasien.

Seperti kekurangan vitamin B-12 atau ketidakseimbangan tiroid yang mungkin berkontribusi pada kondisi tersebut.

Setelah penyebabnya diidentifikasi dan diobati, pasien bisa menjalani terapi wicara untuk mendapatkan kembali kemampuannya berbicara sebanyak mungkin.

Namun, jika seseorang menderita afasia progresif primer, yang disebabkan alzheimer atau demensia, biasanya akan muncul komplikasi lain seperti kehilangan ingatan.

Baca juga: Ubah Gaya Hidup, Kunci Turunkan Risiko Demensia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com