Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/05/2022, 12:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi atau hipertensi dianggap sebagai silent killer atau penyakit yang tidak menunjukkan gejala.

Pada penderita hipertensi, gejala akan muncul ketika sudah ada masalah serius pada organ tubuh.

Begitu penuturan spesialis jantung dan pembuluh darah dr Badai Bhatara Tiksnadi, MM, SpJP(K) dalam webinar "Menuju Zero Cardiovascular Event" yang diadakan pada Jumat (20/5/2022) sore.

"Seseorang dengan tekanan darah tinggi biasanya tidak punya keluhan," ungkap Badai.

"Sangat mungkin seseorang tidak mengetahui jika dia memiliki tekanan darah tinggi."

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) periode 2013-2018, prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat dibandingkan periode sebelumnya, dari 25,8 persen menjadi 34,11 persen.

Baca juga: Hari Hipertensi Sedunia: 5 Gaya Hidup untuk Cegah Tekanan Darah Tinggi

Ironisnya, menurut Badai, peningkatan prevalensi hipertensi terlihat pada individu di rentang usia di bawah 45 tahun.

"Dilihat dari data Riskesdas periode 2013-2018, peningkatan prevalensi hipertensi di rentang usia ini jauh lebih tinggi dibandingkan rentang usia di atas 45 tahun."

"Banyak remaja dan dewasa muda saat ini sudah memiliki masalah tekanan darah tinggi."

Komplikasi akibat hipertensi

Badai menambahkan, sebagian pasien hipertensi akan menunjukkan gejala jika organ tubuh mereka telah terganggu.

Kondisi yang sering dikeluhkan penderita hipertensi meliputi:

  • Sakit kepala
  • Penglihatan kabur
  • Gelisah
  • Jantung berdebar-debar
  • Rasa sakit di bagian dada
  • Pusing
  • Mudah lelah

Jika individu sudah mengalami hipertensi, risiko berbagai penyakit akan meningkat.

Baca juga: Tips Mencegah Hipertensi Saat Lebaran, Sudah Tahu Belum?

"Pada penderita hipertensi, kemungkinan terkena stroke menjadi 2,6 kali lipat lebih tinggi, dan penyakit jantung 1,3-2 kali lipat lebih tinggi," tutur pria tersebut.

Faktor risiko hipertensi

Lebih lanjut, Badai menjelaskan, faktor risiko hipertensi dibagi menjadi dua, yakni:

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

Usia yang semakin menua, jenis kelamin tertentu, dan riwayat keluarga adalah faktor hipertensi yang tidak dapat diubah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com