KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi atau hipertensi dianggap sebagai silent killer atau penyakit yang tidak menunjukkan gejala.
Pada penderita hipertensi, gejala akan muncul ketika sudah ada masalah serius pada organ tubuh.
Begitu penuturan spesialis jantung dan pembuluh darah dr Badai Bhatara Tiksnadi, MM, SpJP(K) dalam webinar "Menuju Zero Cardiovascular Event" yang diadakan pada Jumat (20/5/2022) sore.
"Seseorang dengan tekanan darah tinggi biasanya tidak punya keluhan," ungkap Badai.
"Sangat mungkin seseorang tidak mengetahui jika dia memiliki tekanan darah tinggi."
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) periode 2013-2018, prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat dibandingkan periode sebelumnya, dari 25,8 persen menjadi 34,11 persen.
Baca juga: Hari Hipertensi Sedunia: 5 Gaya Hidup untuk Cegah Tekanan Darah Tinggi
Ironisnya, menurut Badai, peningkatan prevalensi hipertensi terlihat pada individu di rentang usia di bawah 45 tahun.
"Dilihat dari data Riskesdas periode 2013-2018, peningkatan prevalensi hipertensi di rentang usia ini jauh lebih tinggi dibandingkan rentang usia di atas 45 tahun."
"Banyak remaja dan dewasa muda saat ini sudah memiliki masalah tekanan darah tinggi."
Badai menambahkan, sebagian pasien hipertensi akan menunjukkan gejala jika organ tubuh mereka telah terganggu.
Kondisi yang sering dikeluhkan penderita hipertensi meliputi:
Jika individu sudah mengalami hipertensi, risiko berbagai penyakit akan meningkat.
Baca juga: Tips Mencegah Hipertensi Saat Lebaran, Sudah Tahu Belum?
"Pada penderita hipertensi, kemungkinan terkena stroke menjadi 2,6 kali lipat lebih tinggi, dan penyakit jantung 1,3-2 kali lipat lebih tinggi," tutur pria tersebut.
Lebih lanjut, Badai menjelaskan, faktor risiko hipertensi dibagi menjadi dua, yakni:
Usia yang semakin menua, jenis kelamin tertentu, dan riwayat keluarga adalah faktor hipertensi yang tidak dapat diubah.
"Pria memiliki risiko 2,3 kali lipat lebih besar untuk terkena hipertensi dibandingkan wanita," jelas Badai.
Faktor gaya hidup yang bisa dimodifikasi untuk terhindar dari hipertensi adalah:
Lebih lanjut, Badai mengingatkan perlunya untuk mengecek tekanan darah secara rutin.
Baca juga: Terungkap, 5 Menu Sarapan yang Aman Dikonsumsi Penderita Hipertensi
Dengan pengecekan teratur, kita dapat mengetahui kapan tekanan darah kita dalam kondisi tinggi dan mengendalikan tekanan darah tersebut.
Sayangnya, hanya setengah dari penderita tekanan darah tinggi (47 persen) yang rajin mengecek tekanan darah mereka, catat spesialis jantung dan pembuluh darah itu.
"Jika kita mengontrol tekanan darah, dan mengurangi tekanan darah sistolik sebesar 12-13 mmHg, hal itu dapat menurunkan risiko berbagai penyakit," imbuh Badai.
"Risiko stroke berkurang 37 persen, jantung koroner 21 persen, dan penyakit jantung 25 persen."
Menurut Badai, ketika seseorang sudah terdiagnosis dengan hipertensi, perlu dilihat lebih dulu tekanan darahnya.
"Apabila masih derajat satu atau tekanan darah 140-150/90-99 mmHg, pasien masih bisa melakukan perubahan gaya hidup," terangnya.
"Namun, jika sudah derajat dua, tekanan darah di atas 160/100 mmHg, harus dilakukan pengobatan."
"Untuk mencegah hipertensi, terapkan perilaku CERDIK sesuai anjuran Kemenkes," kata Badai.
Perilaku CERDIK mencakup:
Baca juga: Rahasia Cegah Hipertensi Sejak Usia Remaja
Dijelaskan Badai, melakukan pengukuran tekanan darah di rumah adalah cara efektif untuk mengetahui tekanan darah dan mengevaluasi pengobatan.
Saat menggunakan alat pengukur tekanan darah di rumah, perhatikan angkanya. "Jika tekanan darah sistolik sudah di atas 135 mmHg, maka itu dianggap tekanan darah tinggi," lanjut dia.
"Asap rokok tidak baik untuk kesehatan, karena itu enyahkan asap rokok dan kebiasaan merokok," tutur Badai.
Lakukan latihan aerobik setidaknya 30 menit selama tiga hingga lima kali dalam seminggu.
"Latihan anaerobik belakangan ini juga mengemuka, seperti push up, plank, dan lain-lain," kata Badai.
Untuk mencegah hipertensi, Badai menekankan perlunya mengonsumsi sayuran dan buah-buahan segar antara 4-5 porsi per hari.
"Buah dan sayuran mengandung kalium, yang dapat membantu menurunkan tekanan darah," ujar dia.
Makanan lain yang direkomendasikan yaitu kacang-kacangan, susu rendah lemak, ikan, dan asam lemak tak jenuh.
Baca juga: Perempuan Lebih Rentan Hipertensi Selama Pandemi
"Batasi asupan daging merah, asam lemak jenuh, dan makanan olahan. Konsumsi garam dibatasi maksimum lima gram per hari."
Istirahat juga menjadi bagian penting dalam mencegah peningkatan tekanan darah.
"Stres ada bukan untuk dihindari, tetapi dikelola dengan baik," jelas Badai.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.