Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Manusia akan Kehilangan Waktu Tidur hingga 58 Jam pada 2099

Kompas.com - 24/05/2022, 19:38 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber CNN

Minor menambahkan, manula di daerah berpenghasilan rendah akan kehilangan waktu tidur tiga kali lebih besar ketimbang manula di daerah berpenghasilan tinggi.

Dalam hal jumlah tidur, wanita juga lebih terpengaruh oleh kenaikan suhu (sekitar 25 persen) daripada pria, tambah Minor.

Baca juga: 6 Masalah Kesehatan Akibat Kurang Tidur

Orang sulit beradaptasi di tempat beriklim hangat

Para peneliti juga menemukan, orang yang tinggal di tempat dengan iklim lebih hangat kehilangan lebih banyak waktu tidur per derajat kenaikan suhu dibandingkan mereka yang berada di iklim lebih dingin.

Individu juga lebih baik dalam beradaptasi di iklim yang lebih dingin ketimbang iklim yang lebih hangat.

Peningkatan kurang tidur di tempat beriklim lebih hangat ini menunjukkan, tidak mudah bagi seseorang untuk beradaptasi dengan suhu yang lebih hangat, jelas Minor.

Karena suhu terus meningkat akibat pemanasan global, Minor memprediksi kurang tidur akan meningkat lebih cepat di daerah beriklim hangat dibandingkan daerah lain.

Jika melihat durasi tidur individu pada bulan pertama musim panas (waktu adaptasi) dan bulan terakhir musim panas (waktu di mana individu sudah terbiasa), mereka kehilangan jumlah tidur yang hampir sama, catat Minor.

Hal ini menunjukkan, seseorang tidak dapat beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi.

Tidak hanya itu. Temuan studi yang dikerjakan Minor beserta tim menemukan, individu tidak mengganti waktu tidur yang hilang dalam dua minggu setelah kenaikan suhu.

Baca juga: Dingin atau Hangat? Ini Suhu Kamar yang Ideal agar Tidur Nyenyak

Penggunaan pendingin udara di malam hari tingkatkan pemanasan global

Manusia menghabiskan sekitar sepertiga dari hidup untuk tidur. Namun saat ini, semakin banyak orang yang kurang tidur, kata Minor.

Agostini pun setuju dengan hal tersebut.

"Banyak dari kita sudah kurang tidur, dan kontribusi masalah tidur yang relevan dengan pemanasan global dapat memiliki dampak nyata bagi kesehatan dan kesejahteraan kita," kata Agostini.

Ketika kita tidur, Agostini melanjutkan, suhu inti tubuh akan menurun. Jika suhu di sekitar kita lebih hangat, hal itu menyebabkan suhu inti tubuh lebih sulit menurun dan memengaruhi kemampuan tubuh untuk tertidur.

Penggunaan pendingin udara (air conditioner) memungkinkan kita beradaptasi dengan suhu yang lebih hangat. Namun Agostini mencatat, pendingin udara bukanlah solusi jangka panjang.

Di saat kita menggunakan pendingin udara, maka pendingin udara itu akan melepaskan emisi gas rumah kaca yang pada akhirnya meningkatkan pemanasan global.

"Solusi yang lebih besar dan lebih baik untuk masalah ini adalah membuat perencanaan bangunan yang ramah lingkungan dan menerapkan perubahan lain untuk memperbaiki masalah pemanasan global," sambung dia.

Baca juga: Dampak Kurang Tidur pada Kulit dan Rambut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com