"Kami mendapatkan temuan serupa ketika melakukan analisis terpisah untuk subkelompok peserta dengan kerentanan penyakit yang berbeda terhadap demensia," kata Song.
"Temuan kami menggarisbawahi pentingnya aktivitas fisik dan mental secara universal pada pengurangan demensia," ujar dia.
Baca juga: 5 Gaya Hidup Sehat yang Pengaruhi Risiko Demensia
Meskipun studi baru ini memberikan bukti lebih lanjut tentang hubungan antara pilihan gaya hidup dan kesehatan otak, gagasan bahwa aktivitas fisik dan mental berdampak pada kognisi bukanlah hal yang baru.
Kepala divisi geriatri di Pusat Ilmu Kesehatan UCLA, David Reuben, MD, mengatakan bahwa studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam The Lancet menemukan bahwa pola makan yang sehat, olahraga, stimulasi mental, dan kesehatan kardiovaskular semuanya dapat mengurangi risiko demensia.
Studi lain dengan pendanaan dari Asosiasi Alzheimer yang sedang berlangsung juga mencoba mengurai apakah penurunan kognitif dapat dicegah melalui program terstruktur atau mandiri yang berfokus pada perubahan gaya hidup.
Ada pun mengapa perubahan gaya hidup ini dapat membantu mengurangi risiko demensia, para peneliti belum sepenuhnya memahami kaitannya.
"Beberapa orang berpikir ada komponen vaskular yang cukup besar," kata Reuben.
Tetapi, ada kemungkinan bahwa tetap aktif dapat membantu menjaga pembuluh darah tetap sehat, yang juga dapat diterjemahkan ke dalam kesehatan otak.
"Dalam hal stimulasi intelektual, sosialisasi, itu mungkin sedikit lebih sulit untuk dijelaskan," tambahnya.
Jadi, tetap terstimulasi secara intelektual — dapat berarti koneksi sel otak yang lebih kuat — mungkin bisa melindungi otak terhadap penurunan kognitif.
Namun, karena penelitian ini hanya menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik dan mental terhadap risiko demensia, bukan sebab-akibat, penelitian ini bisa saja hanya menunjukkan bahwa orang yang lebih sehat lebih mampu terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut,
"Gambaran yang lebih besar adalah bahwa tetap terlibat dalam hal-hal sehari-hari yang dapat bermanfaat, dapat melayani fungsi-fungsi yang berkaitan dengan kemandirian," terang seorang konsultan asosiasi senior dan asisten profesor neurologi di Mayo Clinic, Vijay Ramanan, MD, PhD.
"Dan mungkin, dalam beberapa kasus, dapat menawarkan sedikit tantangan, serta stimulasi pada pikiran dan tubuh," jelas dia.
Baca juga: 5 Fakta Penting Soal Pikun, Demensia yang Bukan Hanya Dialami Lansia
Menurut Song, hasil penelitian ini bisa sangat jauh jangkauannya.
Artinya, siapa pun berpotensi mendapatkan manfaat dari menambahkan lebih banyak aktivitas dalam rutinitas mereka.