Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta soal Hormon Testosteron Rendah, Gejala, dan Pengobatannya

Kompas.com - 29/08/2022, 06:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

 

Mengobati kondisi yang memicu testosteron rendah

Testosteron rendah merupakan kondisi umum pada individu yang memiliki beberapa penyakit kronis.

Penyakit kronis dapat membuat otak kesulitan mengirimkan sinyal yang tepat pada testis untuk memproduksi testosteron lebih banyak.

Pada kebanyakan orang, mengendalikan masalah kronis dapat meningkatkan kadar testosteron tanpa memerlukan pengobatan lebih lanjut.

Beberapa kondisi yang terkait testosteron rendah yaitu:

  • Kecanduan alkohol
  • Anemia
  • Diabetes
  • HIV
  • Obesitas (BMI 30 atau lebih tinggi)
  • Sleep apnea

Dalam beberapa kasus, mengelola kondisi ini dengan benar dapat meningkatkan testosteron ke kisaran normal dan mengurangi gejala.

Baca juga: Suplemen Testosteron atau Olahraga, Mana Lebih Sehat bagi Pria?

Terapi testosteron

Terapi testosteron akan meningkatkan kadar testosteron dengan mengirimkan testosteron langsung ke aliran darah melalui:

  • Pil
  • Suntikan
  • Pelet subkutan yang diletakkan di bawah kulit
  • Gel topikal
  • Sejenis koyo (patch) topikal

Jenis terapi disesuaikan berdasarkan kondisi kesehatan dan gaya hidup pasien.

Namun, terapi testosteron belum tentu aman bagi setiap orang. Individu yang merencanakan untuk memiliki momongan dianjurkan menghindari terapi ini karena dapat mengurangi kesuburan.

Juga, individu dengan kanker prostat tidak disarankan menjalani terapi testosteron.

Baca juga: 4 Hal Seputar Hormon Testosteron, Pria Wajib Tahu

Adapun kelebihan dan kelemahan dari terapi testosteron sebagai berikut:

Kelebihan

  • Peningkatan libido dan fungsi seksual
  • Peningkatan kepadatan tulang dan massa otot
  • Suasana hati membaik
  • Peningkatan jumlah sel darah merah
  • Peningkatan kognisi dan kualitas hidup

Kelemahan

  • Memburuknya gejala pada orang dengan masalah pembesaran prostat
  • Risiko kerusakan organ hati
  • Risiko hiperviskositas penebalan darah yang menyebabkan penurunan aliran darah
  • Sleep apnea yang semakin memburuk
  • Risiko gagal jantung
  • Risiko pembekuan darah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com