KOMPAS.com - Batik kini bukan lagi pakaian yang terkesan kaku atau hanya dapat dikenakan oleh orang-orang tertentu.
Banyak perajin lokal pun mulai berinovasi membuat batik menjadi pakaian yang lebih modern supaya bisa juga diminati anak-anak muda.
Salah satu perajin lokal asal Yogyakarta, Shirosima, misalnya, menawarkan angin baru di industri batik melalui motif dan model pakaian batik yang lebih modern.
Selain itu, desain pakaian batik Shirosima juga menerapkan zero-waste pada koleksi batiknya, sehingga tidak menyisakan limbah kain.
Baca juga: Link Download Twibbon Hari Batik Nasional 2022 dan Cara Pakainya
Menurut pendiri Shiroshima, Dian Nutri Justisia Shirokadt, meskipun motif dan model koleksi pakaian batiknya sudah modern, namun dalam proses pembuatan batik, dia tetap menggunakan teknik tradisional.
Hal ini dikarenakan proses pembuatan batik secara manual tidak hanya memiliki nilai estetis yang tinggi, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap sejarah batik.
"Tahun 2019 saya memutuskan untuk berbisnis batik. Motif yang digunakan memang kontemporer, tapi proses produksinya masih menggunakan teknik tradisional yakni dengan tulis dan cap."
Baca juga: Jangan Mencuci Batik dengan Mesin Cuci
Demikian penuturan Dian dalam acara workshop media Shopee bertajuk Cerita Batik Nusantara di Museum Tekstil Jakarta, Jumat (30/9/2022).
View this post on Instagram
Ada pun koleksi batiknya tersedia untuk pria maupun wanita dengan bahan-bahan yang nyaman untuk dipakai sehari-hari.
"Kalau dulu batik terkesan kaku, sekarang saya membuatnya jadi lebih modern dan santai. Jadi bisa dikenakan untuk berbagai acara," kata dia.
Dia juga menambahkan, untuk pembuatan batik cap itu lebih mudah dibandingkan dengan batik tulis, sehingga harga batik tulis pun lebih tinggi.
Untuk batik cap, Dian mengaku bisa memproduksi 20-40 kain per harinya, sementara batik tulis per orang hanya bisa membuat 1-2 kain saja.
Baca juga: 5 Batik Jokowi yang Mencuri Perhatian Publik
"Kisaran harga untuk yang batik cap itu Rp 325-990 ribu, kalau batik tulis Rp 1-2 juta," imbuh dia.
Tidak hanya sekadar mengedepankan modernitas, koleksi batik Shirosima juga menerapkan zero-waste untuk lebih berkelanjutan (sustainable).
"Sampah terbesar di dunia itu kan sampah fesyen ya. Jadi saya mencoba untuk benar-benar menerapkan zero-waste pada semua koleksi dalam mencapai lingkungan yang lebih sustain," ungkap dia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.