KOMPAS.com - Merasakan kecemasan ketika dihadapkan pada situasi tertentu sangatlah normal dalam kehidupan.
Tapi, kecemasan dapat dikategorikan sebagai gangguan atau anxiety disorder jika kondisi ini mulai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Orang yang sudah didiagnosis mengidap gangguan kecemasan kemungkinan melewati hari-harinya dengan banyak rasa takut.
Ketika suatu hal yang menjadi pemicu kecemasan datang, jantung mereka bisa berdebar-debar, berkeringat, termasuk merasa resah.
Meski merasakan kecemasan adalah hal yang lumrah, tanpa disadari ada beberapa faktor yang membawa kondisi ini menjadi gangguan.
Baca juga: 5 Jenis Gangguan Kecemasan yang Umum Terjadi
Berikut beberapa faktor yang berisiko menyebabkan gangguan kecemasan sebagaimana dilansir dari Healthline.
Stres yang berlebihan atau tidak segera dicarikan solusi ternyata dapat meningkatkan peluang terkena gangguan kecemasan.
Hubungan neurobiologis antara gangguan kecemasan dengan stres sempat diteliti dalam studi Neurobiology of Stress yang dipublikasikan Agustus 2019.
Studi mendapati bahwa amigdala -bagian otak yang berkaitan dengan perilaku, ingatan, dan emosi- berperan pada terjadinya kecemasan akibat stres.
Ada kemungkinan orang yang anggota keluarganya didiagnosis menderita gangguan kecemasan, juga mengalami kondisi yang sama.
Hal tersebut terungkap dalam studi yang dipublikasikan ke JAMA Psychiatry pada Mei 2019.
Dalam hal ini, peneliti menemukan hubungan antara faktor genetik dengan kecemasan dan gangguan yang terkait stres.
Peneliti mengatakan bahwa faktor genetik tertentu meningkatkan risiko mengalami gangguan kecemasan.
Jika hal tersebut benar-benar terjadi maka gangguan kecemasan dapat diwariskan secara turun-temurun.
Baca juga: Mengenal Gangguan Kecemasan, Gejala, dan Faktor Risikonya
Tanpa disadari tipe kepribadian tertentu ternyata dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan kecemasan.
Untuk mengetahui faktor risiko yang satu ini, sekelompok peneliti pernah menelisik perilaku 489 responden yang merupakan mahasiswa.
Peneliti lantas melihat bagaimana pandangan tertentu, seperti perasaan yang negatif dan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.
Sejumlah indikator yang sudah disebutkan dikatakan peneliti dapat meningkatkan risiko terkena gangguan kecemasan, termasuk depresi.
Hasilnya, peneliti menemukan beberapa faktor yang meningkatkan risiko mengalami gangguan panik, gangguan kecemasan umum, dan gangguan depresi mayor.
Faktor yang dimaksud adalah terlalu kritis terhadap diri sendiri, kesulitan menerima kritik, dan memiliki perasaan negatif sebagai dewasa muda.
Peristiwa tidak mengenakan yang terjadi di masa lalu dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan kecemasan.
Peristiwa traumatis yang dapat menyebabkan gangguan tersebut, seperti perang, pelecehan, atau melihat kejadian yang mengerikan.
Orang yang merasakan kecemasan setelah peristiwa traumatis berisiko mengalami stres akut karena syok secara psikologis.
Di samping itu, trauma yang berkelanjutan juga bisa memicu gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Mereka yang masuk kelompok risiko terkena PTSD akan merasakan gejala dalam waktu 3 bulan sejak peristiwa yang menyebabkan trauma terjadi.
Biasanya, mereka mengalami mimpi buruk, sering gelisah, kesulitan tidur, mudah marah, dan menghindari pemicu yang menyebabkan trauma.
Baca juga: 9 Makanan dan Minuman yang Bisa Perburuk Gangguan Kecemasan
Orang yang mengalami diskriminasi rasial atau rasisme memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan.
Hal tersebut sempat diteliti oleh peneliti dalam studi yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences of the USA pada tahun 2020.
Dalam studi, peneliti mengatakan rasisme dan bentuk diskriminasi sosial dapat memengaruhi kesehatan mental orang.
Mental Health America (MHA) juga menyampaikan, mereka yang mengalami diskriminasi rasial dapat mengalami race-based traumatic stress injury (RBTS).
Tanpa disadari jenis kelamin ternyata dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan kecemasan.
Dalam hal ini, wanita lebih mungkin mengalami gangguan kecemasan ketimbang pria.
Baik wanita maupun pria dapat mengalami beberapa gangguan kecemasan seperti yang berikut ini:
Kendati wanita lebih mungkin mengalami gangguan kecemasan, wanita maupun pria sama-sama rentan terhadap SAD dan obsessive compulsive disorder (OCD).
OCD dan SAD juga termasuk gangguan kecemasan yang paling mungkin dialami oleh pria.
Baca juga: Mengenal Anxiety pada Pria dan Stigma Cowok Lemah
Disforia gender merupakan perasaan tidak nyaman atau tertekan yang terjadi pada orang yang identitas gendernya berbeda dengan jenis kelamin.
Kondisi seperti itu apat menyebabkan gejolak emosi dan gangguan kecemasan, tetapi juga dapat meningkatkan risiko konflik dengan orang lain.
Mereka yang mengalami disforia gender berisiko memgalami:
Ada berbagai kondisi kesehatan orang dapat menyebabkan stres, seperti:
Seperti halnya trauma, peristiwa kehidupan dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan, menurut American Institute of Stress.
Di antaranya adalah:
Beberapa obat dapat menyebabkan kecemasan sebagai efek samping, atau menyebabkan gejala yang terasa seperti gangguan kecemasan.
Di antarnya adalah:
Baca juga: Bisakah Masalah Usus Sebabkan Depresi dan Kecemasan? Begini Kata Ahli
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.