Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Rabies pada Anjing, Gejala, Penyebab, hingga Penanganannya

Kompas.com - 21/06/2023, 07:55 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

• Menjilati luka gigitan
Seekor anjing akan menjilati bagian luka gigitannya secara berlebihan. Hal ini dapat memberikan indikasi visual yang baik bahwa ada masalah serius yang perlu ditangani oleh dokter hewan.

• Sensitivitas terhadap lingkungan
Seekor anjing rabies sering kali akan menjadi gelisah dan akan bereaksi secara berlebihan terhadap pemandangan maupun suara di lingkungannya.

• Agresi dan disorientasi
Seiring dengan perkembangan rabies, seekor anjing dapat menjadi sangat agresif, kemudian mengalami disorientasi.

Agresi ini juga dapat menyebabkan anjing melukai dirinya sendiri atau mencoba menggigit orang atau hewan lain.

• Kejang
Seekor anjing yang terkena rabies akan mulai mengalami kejang-kejang seiring dengan perkembangan penyakitnya.

• Kelumpuhan
Anjing yang terkena rabies juga dapat mengalami kelumpuhan pada bagian kepala dan leher.

• Mengeluarkan air liur yang berlebihan
Kelumpuhan menyebabkan kesulitan menelan. Ketidakmampuan untuk menelan ini menghasilkan air liur yang berlebihan atau dikenal dengan istilah "mulut berbusa" yang berhubungan dengan rabies.

• Gangguan pernapasan
Anjing yang terinfeksi pada tahap akhir rabies akan mengalami kesulitan bernapas. Sayangnya, kematian akan segera menyusul.

Baca juga: Mengenal dan Mencegah Rabies pada Hewan Peliharaan

Penyebab rabies

Virus rabies ditularkan melalui air liur hewan mamalia yang terinfeksi.

Apabila hewan yang terinfeksi menggigit anjing yang belum divaksinasi, atau apabila air liur segar dari hewan yang terinfeksi bersentuhan dengan goresan atau luka terbuka pada kulit anjing yang belum divaksinasi, maka virus akan masuk ke dalam tubuh anjing dan kemudian menembus saraf tepi.

Dari sana, virus memasuki sumsum tulang belakang, di mana virus berkembang biak dengan cepat. Virus ini kemudian menyebar ke otak anjing dan akhirnya ke kelenjar ludah.

Masa inkubasi rabies dapat bervariasi, tergantung pada jumlah virus dalam air liur, tingkat keparahan gigitan, serta jarak dari gigitan ke sumsum tulang belakang dan otak.

Namun, secara umum, masa inkubasi pada anjing berkisar antara dua hingga delapan minggu.

Setelah gejala dimulai, fase prodromal umumnya berlangsung selama dua atau tiga hari.

Anjing kemudian dapat memasuki tipe ganas yang berlangsung selama satu hingga tujuh hari, atau dapat beralih ke tipe jinak (rabies bisu) yang dapat berlangsung selama dua hingga empat hari.

Sebagian besar anjing yang terkena rabies akan mati dalam waktu delapan hari sejak gejala awal.

Satu-satunya cara untuk mendiagnosa rabies pada anjing secara definitif adalah melalui tes antibodi fluoresen langsung (dFA) dengan menggunakan sampel jaringan otak yang hanya dapat diperoleh setelah kematian.

Diagnosis pada hewan yang masih hidup cenderung bersifat dugaan dan didasarkan pada tanda-tanda klinis dan riwayat pasien.

Pada hewan peliharaan yang telah terpapar rabies, masa karantina mungkin diperlukan untuk mengamati tanda-tanda penyakit.

Masa karantina biasanya berlangsung selama 45 hari pada anjing yang telah mendapatkan vaksin rabies.

Baca juga: Pentingnya Vaksin Rabies Setahun Sekali untuk Hewan Peliharaan

Penanganannya

Sayangnya, tidak ada obat atau pengobatan yang efektif untuk rabies.

Jika anjing peliharaan kita digigit atau terkena air liur hewan yang mengidap rabies, dokter hewan biasanya akan memberi tahu kita tentang pedoman yang harus diikuti.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com