Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Rabies pada Anjing, Gejala, Penyebab, hingga Penanganannya

Kompas.com - 21/06/2023, 07:55 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rabies adalah salah satu virus yang paling berbahaya di dunia dengan tingkat kematian yang hampir mencapai 100 persen setelah gejala muncul.

Virus ini umumnya dapat menginfeksi mamalia apa pun dan yang paling sering anjing.

Tanpa vaksinasi secara teratur, anjing juga berisiko tertular virus mematikan ini, yang menyerang sistem saraf dan menyebabkan gejala-gejala seperti perubahan perilaku yang ekstrem, kelumpuhan, kejang, gagal napas, hingga kematian.

Maka dari itu, jika anjing peliharaan kita bersentuhan dengan hewan yang terkena rabies, kita mungkin akan diminta untuk melakukan eutanasia jika anjing tersebut belum pernah divaksinasi.

Karena tidak ada pengobatan yang efektif untuk rabies, pemerintah beserta masyarakat harus mengambil tindakan tegas untuk mencegah penyebaran penyakit ini.

Nah, dilansir dari laman The Spruce Pets, berikut terdapat beberapa hal yang perlu kita ketahui mengenai rabies, mulai dari gejala hingga penanganannya.

Baca juga: 8 Fakta Rabies yang Perlu Dipahami, Kucing Juga Bisa Jadi Pembawa

Apa itu rabies?

Rabies merupakan penyakit neurologis yang disebabkan oleh virus dalam genus Lyssavirus.

Semua mamalia dari segala usia berpotensi terinfeksi virus rabies. Virus ini biasanya menyebar melalui gigitan atau cakaran yang mengandung air liur hewan yang terinfeksi.

Di sebagian besar dunia, anjing adalah hewan yang paling mungkin tertular rabies dan menyebarkannya kepada manusia.

Sekitar 59.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini, sebagian besar di Afrika dan Asia.

Akan tetapi, di Amerika Utara, karena persyaratan vaksinasi yang meluas, rakun, sigung, kelelawar, dan rubah kini menjadi hewan yang paling mungkin membawa dan menyebarkan penyakit serius ini, yang menewaskan satu atau dua orang setiap tahunnya di Amerika Serikat.

Gejala rabies pada anjing

Anjing yang terkena rabies umumnya mengalami dua atau tiga tahap gejala.

Tahap pertama, yang berlangsung selama dua atau tiga hari, adalah tahap prodromal. Selama masa ini, anjing cenderung menunjukkan perubahan kepribadian.

Anjing peliharaan kita yang biasanya ramah bisa berubah menjadi pemalu atau cemas dan yang biasanya pendiam mungkin dapat menjadi sangat gelisah atau aktif.

Selanjutnya, anjing akan mengalami salah satu dari dua bentuk gejala penyakit, yakni rabies ganas atau rabies bisu.

Beberapa anjing akan mengalami kedua bentuk gejala ini, sementara anjing lainnya hanya akan mengalami bentuk gejala bisu.

Pada rabies ganas, anjing dapat menjadi sangat agresif dan bersemangat. Anjing juga akan mengunyah atau memakan benda-benda yang aneh seperti kotoran atau batu.

Akhirnya, anjing mengalami kelumpuhan, diikuti dengan kejang dan kematian.

Sementara pada rabies bisu, yang merupakan bentuk yang paling umum terjadi pada anjing, hewan akan mengalami kelumpuhan yang progresif, kesulitan menelan, distorsi pada wajah, koma, dan akhirnya kematian.

Baca juga: Kenali Bahaya Rabies, Hewan Peliharaan Wajib Divaksin

Meskipun setiap hewan sedikit berbeda, berikut ini adalah gejala-gejala yang umum terjadi pada anjing yang terkena rabies.

• Perubahan kepribadian
Tanda-tanda awal anjing yang terinfeksi rabies meliputi perubahan perilaku dan kepribadian.

Anjing yang penakut dapat menjadi agresif, sementara anjing yang pendiam menjadi gelisah dan anjing yang ramah menjadi pemalu.

• Menjilati luka gigitan
Seekor anjing akan menjilati bagian luka gigitannya secara berlebihan. Hal ini dapat memberikan indikasi visual yang baik bahwa ada masalah serius yang perlu ditangani oleh dokter hewan.

• Sensitivitas terhadap lingkungan
Seekor anjing rabies sering kali akan menjadi gelisah dan akan bereaksi secara berlebihan terhadap pemandangan maupun suara di lingkungannya.

• Agresi dan disorientasi
Seiring dengan perkembangan rabies, seekor anjing dapat menjadi sangat agresif, kemudian mengalami disorientasi.

Agresi ini juga dapat menyebabkan anjing melukai dirinya sendiri atau mencoba menggigit orang atau hewan lain.

• Kejang
Seekor anjing yang terkena rabies akan mulai mengalami kejang-kejang seiring dengan perkembangan penyakitnya.

• Kelumpuhan
Anjing yang terkena rabies juga dapat mengalami kelumpuhan pada bagian kepala dan leher.

• Mengeluarkan air liur yang berlebihan
Kelumpuhan menyebabkan kesulitan menelan. Ketidakmampuan untuk menelan ini menghasilkan air liur yang berlebihan atau dikenal dengan istilah "mulut berbusa" yang berhubungan dengan rabies.

• Gangguan pernapasan
Anjing yang terinfeksi pada tahap akhir rabies akan mengalami kesulitan bernapas. Sayangnya, kematian akan segera menyusul.

Baca juga: Mengenal dan Mencegah Rabies pada Hewan Peliharaan

Penyebab rabies

Virus rabies ditularkan melalui air liur hewan mamalia yang terinfeksi.

Apabila hewan yang terinfeksi menggigit anjing yang belum divaksinasi, atau apabila air liur segar dari hewan yang terinfeksi bersentuhan dengan goresan atau luka terbuka pada kulit anjing yang belum divaksinasi, maka virus akan masuk ke dalam tubuh anjing dan kemudian menembus saraf tepi.

Dari sana, virus memasuki sumsum tulang belakang, di mana virus berkembang biak dengan cepat. Virus ini kemudian menyebar ke otak anjing dan akhirnya ke kelenjar ludah.

Masa inkubasi rabies dapat bervariasi, tergantung pada jumlah virus dalam air liur, tingkat keparahan gigitan, serta jarak dari gigitan ke sumsum tulang belakang dan otak.

Namun, secara umum, masa inkubasi pada anjing berkisar antara dua hingga delapan minggu.

Setelah gejala dimulai, fase prodromal umumnya berlangsung selama dua atau tiga hari.

Anjing kemudian dapat memasuki tipe ganas yang berlangsung selama satu hingga tujuh hari, atau dapat beralih ke tipe jinak (rabies bisu) yang dapat berlangsung selama dua hingga empat hari.

Sebagian besar anjing yang terkena rabies akan mati dalam waktu delapan hari sejak gejala awal.

Satu-satunya cara untuk mendiagnosa rabies pada anjing secara definitif adalah melalui tes antibodi fluoresen langsung (dFA) dengan menggunakan sampel jaringan otak yang hanya dapat diperoleh setelah kematian.

Diagnosis pada hewan yang masih hidup cenderung bersifat dugaan dan didasarkan pada tanda-tanda klinis dan riwayat pasien.

Pada hewan peliharaan yang telah terpapar rabies, masa karantina mungkin diperlukan untuk mengamati tanda-tanda penyakit.

Masa karantina biasanya berlangsung selama 45 hari pada anjing yang telah mendapatkan vaksin rabies.

Baca juga: Pentingnya Vaksin Rabies Setahun Sekali untuk Hewan Peliharaan

Penanganannya

Sayangnya, tidak ada obat atau pengobatan yang efektif untuk rabies.

Jika anjing peliharaan kita digigit atau terkena air liur hewan yang mengidap rabies, dokter hewan biasanya akan memberi tahu kita tentang pedoman yang harus diikuti.

Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) sendiri memiliki pedoman sebagai berikut:

• Anjing yang telah mendapatkan vaksin rabies harus segera diberikan suntikan penguat dan kemudian dikarantina selama 45 hari untuk masa observasi.

Jika anjing menunjukkan tanda-tanda penyakit, maka hewan ini harus dievaluasi oleh dokter hewan.

Jika tanda-tanda tersebut mengindikasikan rabies, anjing harus disuntik mati dan otaknya dikirim ke laboratorium diagnostik veteriner untuk diuji.

• Seekor anjing yang telah divaksinasi rabies di masa lalu namun tidak melakukan vaksinasi ulang, perlu mengikuti panduan yang sama seperti yang diuraikan di atas.

• Apabila anjing belum pernah divaksinasi rabies, maka pedoman merekomendasikan untuk segera melakukan eutanasia.

Jika pemiliknya menolak untuk melakukannya, alternatifnya adalah dengan segera memvaksinasi anjing dan kemudian menempatkannya dalam masa karantina yang sangat ketat selama empat bulan.

Tetapi, jika anjing menunjukkan tanda-tanda rabies selama periode ini, maka anjing tersebut harus disuntik mati dan otaknya dikirim untuk diuji.

Cara mencegah rabies

Pencegahan adalah kunci utama dalam hal rabies. Dan untungnya, pencegahan ini juga cukup sederhana.

Pertama dan terutama, anjing dan hewan peliharaan lainnya harus menerima vaksin rabies secara rutin.

Dosis pertama biasanya diberikan saat anjing berusia minimal tiga bulan dengan dosis penguat setelah satu tahun kemudian.

Setelah itu, sebagian besar anjing akan membutuhkan penguat setiap tiga tahun, meskipun beberapa vaksin rabies masih memerlukan penguat tahunan.

Bicarakan dengan dokter hewan tentang pilihan kita.

Selain vaksinasi, meminimalkan paparan adalah cara terbaik untuk mencegah rabies.

Jangan biarkan anjing peliharaan kita berkeliaran di luar jangkauan, terutama di daerah berhutan di mana pertemuan dengan hewan liar lebih sering terjadi.

Pastikan juga anjing selalu terikat dengan tali, hindari interaksi dengan hewan yang tidak dikenal, dan jauhi kelelawar yang sering menjadi pembawa virus rabies.

Jika hewan peliharaan kita digigit oleh hewan lain, dapatkan informasi sebanyak mungkin tentang pelaku.

Namun, apabila hewan yang menggigit adalah hewan peliharaan seseorang, dapatkan informasi kontak orang tersebut dan cari tahu tentang riwayat vaksin dan kemungkinan paparan rabies di masa lalu.

Jika itu adalah hewan liar, kita mungkin tidak dapat mengetahui banyak hal kecuali hewan liar tersebut sudah mati dan dapat diuji. Apa pun itu, segeralah mengunjungi dokter hewan.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com