Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Laurentius Purbo Christianto
Dosen

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Kesepian Itu Mematikan: Di Balik Peningkatan Kasus Bunuh Diri di Singapura

Kompas.com - 14/07/2023, 16:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kesepian ternyata juga tantangan bagi individu usia matang (di atas 65 tahun). Pada usia ini individu akan mulai mengevaluasi kehidupan yang sudah dijalani. Hasil dari evaluasi bisa berwujud rasa syukur, tetapi bisa juga rasa putus asa.

Saat pikiran mulai mengevaluasi diri, sebenarnya dibutuhkan orang lain yang memberi peneguhan dan makna positif, terlepas dari seburuk apapun evaluasinya.

Hanya saja, karena sendiri, maka dalam kesepian para individu senior ini mengevaluasi diri mereka sendiri.

Pada individu yang melihat semuanya baik-baik saja, rasa syukur akan muncul; tetapi pada individu yang merasa bahwa masih banyak PR (pekerjaan rumah) dalam hidup, akan muncul putus asa. Putus asa adalah salah satu langkah pikiran menuju pengakhiran hidup.

Samaritans of Singapore menyatakan bahwa peningkatan kasus bunuh diri di Singapura melukiskan gambaran tentang tekanan mental yang tak terlihat di masyarakat, terutama di kalangan kaum muda dan orang tua.

Isolasi sosial dan kesepian pada individu perlu diperhatikan sebagi salah satu usaha mengatasi hal ini.

Fenomena peningkatan kasus bunuh diri di Singapura sebenarnya bisa menjadi pelajaran untuk Indonesia. Di balik SDM yang terampil dan unggul ternyata ada tekanan mental yang tidak terlihat.

Setiap manusia di Singapura dituntut untuk berjuang, bahkan dalam kesendirian, supaya menjadi unggul dan berhasil.

Walaupun di Indonesia, kita di manapun bisa menyapa dan membangun percakapan dengan orang yang baru kita kenal, tetapi rasa kesepian, kesendirian, dan perilaku mengisolasi diri juga semakin marak terjadi.

Tidak semua orang dapat mengatasi tekanan yang terjadi saat berjuang untuk berhasil dan unggul. Akan ada individu yang tangguh dan tidak goyah saat diterpa “badai”, tetapi ada pula yang mungkin tumbang karenanya.

Supaya itu tidak terjadi, maka isolasi dan kesepian harus diatasi. Dukungan dari teman, sahabat, pasangan, keluarga, komunitas, institusi, atau bahkan negara akan berarti bagi setiap individu guna mengatasi “kesepian” dan “kesendirian”.

Mustahil kita menghilangkan tekanan dan tuntutan hidup. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan saling menyapa, memberi perhatian, dan dukungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com