Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vape dan Rokok Elektrik Bebas dari Penyakit Paru, Yakin?

Kompas.com - 15/07/2023, 12:00 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

CDC juga "sangat mengaitkan" vitamin E asetat dengan wabah tersebut. Vitamin E asetat adalah zat aditif dalam beberapa rokok elektrik THC yang bisa membuat pengisapnya kecanduan.

Meski jumlahnya menurun setelah wabah, EVALI masih menjadi risiko bagi pengguna rokok elektrik.

Baca juga: Wanita Inggris Menderita Popcorn Lung akibat Kecanduan Vape, Apa Itu?

Cara vape merusak paru-paru?

Memahami penyebab kerusakan paru akibat vape dimulai dari reaksi tubuh saat terpapar asap dari alat tersebut.

Misalnya akibat asap yang dihasilkan dari proses pemanasan nikotin cair, bahan kimia, dan perasa untuk membuat aerosol yang dihirup.

Pada dasarnya, perangkat ini menciptakan kabut berisi partikel zat berbahaya yang dihirup dan masuk ke organ paru-paru.

Zat tersebut setelah diteliti memiliki kandungan logam berat seperti arsenik dan timbal, yang dapat disimpan secara permanen di dalam paru-paru manusia.

"Partikel-partikel ini dapat berpotensi mengiritasi paru-paru, menyebabkan peradangan dan penyempitan tabung tempat udara mengalir," papar Dr. Choi.

Dalam jangka pendek, beberapa penyakit paru yang diakibatkan oleh asap yang semacam itu adalah gangguan paru ringan seperti sesak napas dan batuk.

Sedangkan menghirup bahan kimia ini dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan sejumlah kerusakan permanen yang meliputi asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) hingga popcorn lung (saluran udara di paru mengecil sehingga membuat napas jadi lebih pendek.

Selain itu, nikotin yang terkandung di dalamnya merupakan zat aditif yang sarat dengan stimulan.

Fakta penelitian mengungkapkan beberapa rokok elektrik yang paling populer di pasaran memiliki kandungan nikotin hampir tiga kali lipat dari sebungkus rokok.

Stimulan pada dasarnya memperbaiki otak kita, membangun keinginan kuat untuk nikotin dan dorongan dopamin yang baik.

Tapi nikotin juga dapat mengganggu sistem neurotransmitter otak, terutama di kalangan pengguna muda.

"Hal ini dapat menyebabkan perubahan jangka panjang dalam perkembangan kognitif dan bahkan penurunan kemampuan memori," kata Dr Rome.

Selain itu, kadar nikotin dalam rokok elektrik dapat meningkatkan tekanan darah dan menambah tekanan pada jantung.

Berbagai bahan kimia dalam rokok elektrik juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker.

Ada lagi dampak jangka panjang yang cukup mengkhawatirkan.

Menurut dokter Rome, paparan nikotin dari rokok elektrik dan vape juga dapat memicu kecanduan yang sulit untuk dilepaskan.

Dampak kecanduan vape ini pun tidak ada yang beda seperti kita kecanduan rokok tradisional.

Baca juga: Studi Terbaru, Rokok Elektrik Tidak Efektif Kurangi Kecanduan Merokok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com