Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Resiliensi: Kunci Mengatasi Kesepian Dewasa Muda

Kompas.com - 22/07/2023, 08:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Citra Aulia, Roswiyani, dan Riana Sahrani*

PANDEMI Covid-19 memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan, termasuk aktivitas harian masyarakat, terutama pada kelompok dewasa muda.

Usia dewasa muda, yaitu 18-40 tahun, merupakan fase seseorang menjalin hubungan intim dengan orang lain.

Hanya saja, kebijakan pembatasan interaksi sosial membuat mereka yang berada dalam tahap itu tidak dapat maksimal memenuhi kebutuhan tersebut dan dapat berdampak pada masalah psikologis.

Masalah psikologis dapat terjadi karena perasaan terbelenggu secara sosial yang akan memicu seseorang mengalami kesepian.

Hasil polling Tim CNN di media sosial mengenai kesepian selama pandemi Covid-19 terhadap 753 partisipan, diperoleh hasil bahwa 61,1 persen partisipan mengalami kesepian selama pandemi dan 38,9 persen partisipan tidak merasakan kesepian.

Hasil polling juga mendapati penyebab kesepian karena tidak bertemu dengan teman (30,7 persen), kehilangan pekerjaan (18,1 persen), bekerja dari rumah (9,5 persen), dan 41,7 persen mengaku tidak tahu alasan mengapa mereka merasa kesepian.

Into The Light dan Change.org juga melakukan survei dan mendapati bahwa masyarakat Indonesia pada periode Mei hingga Juni 2021 menunjukkan hampir semua partisipannya sebanyak 5.211 orang dari enam provinsi di Pulau Jawa, merasa kesepian.

Kesepian terkait dengan pengaruh negatif, termasuk kebosanan, kegelisahan, ketidakbahagiaan, dan ketidakpuasan dengan hubungan sosial yang dimiliki oleh seseorang.

Menurut Russel, Peplau dan Catrina (1980), kesepian bukan semata-mata karena kesendirian fisik, melainkan lebih karena perasaan ditinggalkan, khususnya oleh mereka yang sebelumnya memiliki kedekatan secara emosional (Satiadarma, 2004).

Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa kesepian merupakan perasaan subjektif individu yang merasa tidak puas karena kebutuhan akan hubungan sosialnya tidak terpenuhi.

Jadi apabila dilihat pada situasi Pandemi Covid-19, maka kesepian tersebut menyebabkan hubungan sosial antarindividu berkurang, sehingga hal ini berdampak pada peningkatan kesepian individu terutama individu dewasa muda.

Berdasarkan Penelitian Sin Man Ng dan Lee tahun 2018, individu yang memiliki kesepian cenderung tidak terlibat dalam kegiatan sosial.

Mereka juga cenderung melihat penderitaan sebagai kenyataan yang tidak berubah, menganggap bahwa kesepian yang mereka rasakan sebagai kesulitan daripada kesempatan untuk berkembang.

Hal ini dapat menyebabkan seseorang semakin larut dengan emosi negatif yang dimilikinya dan dapat memunculkan gejala dari depresi.

Lalu bagaimana cara mengatasi kesepian?

Kesepian dapat berkurang apabila individu memiliki resiliensi atau kualitas pribadi yang memungkinkan seseorang untuk berkembang dalam menghadapi kesulitan.

Seseorang yang memiliki resiliensi yang baik dapat menyesuaikan tubuh, pikiran, dan jiwanya dengan keadaan kehidupan saat ini. Jadi resiliensi adalah ketangguhan seorang individu dalam menghadapi permasalahan.

Studi yang dilakukan oleh Cao dan Liu pada 2019 mendapati resiliensi dapat mengurangi kesepian dan memfasilitasi sumber daya emosional dan psikologis yang diperlukan, guna mengelola aspek-aspek kehidupan yang dapat menghindari dari gejala kesehatan mental.

Menurut Connor dan Davidson pada 2003, Resiliensi dapat membantu individu yang kesepian karena orang yang resilien memiliki beberapa aspek, yaitu:

  • Memiliki motivasi untuk bertahan dalam menghadapi tantangan
  • Memiliki usaha untuk mengatasi masalah dan kesulitan yang dialami
  • Memiliki fleksibilitas dalam menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi dan kemampuan untuk kembali setelah melewati kesulitan
  • Memiliki kepercayaan bahwa takdir atau Tuhan dapat membantu mengatasi masalah, percaya bahwa sebagian besar hal terjadi karena ada alasan dan memiliki tujuan hidup yang kuat
  • Memiliki kemampuan dalam melihat sisi humor ketika menghadapi masalah dan kemampuan untuk tidak mudah putus asa karena kegagalan
  • Memiliki kemampuan untuk tetap fokus dan berpikir jernih walaupun di bawah tekanan dan kemampuan untuk menangani perasaan tidak menyenangkan atau menyakitkan seperti kesedihan, ketakutan, dan kemarahan
  • Memiliki kepercayaan bahwa diri sendiri mampu dan kuat ketika menghadapi tantangan dan kesulitan hidup dan perasaan bangga dengan pencapaian diri

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan seseorang agar menjadi lebih resilien saat menghadapi kejadian negatif menurut American Psychological Association (2011), yaitu:

  • Membuat koneksi dengan memelihara hubungan baik dengan anggota keluarga dekat, teman atau orang lain.
  • Hindari melihat krisis sebagai masalah yang tidak dapat diatasi.
  • Terimalah bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan.
  • Bergerak menuju tujuan dengan memikirkan tentang kemungkinan solusi untuk masalah yang sedang hadapi dan putuskan tujuan realistis apa yang ingin dicapai. Lakukan sesuatu secara teratur, bahkan jika itu tampak seperti pencapaian kecil.
  • Temukan cara positif untuk mengurangi stres dan perasaan negatif, seperti berolahraga dan menonton film. Hindari menghilangkan perasaan tidak menyenangkan Anda dengan melakukan perbuatan yang tidak baik, misalnya dengan minum minuman beralkohol atau dan memakai obat-obatan terlarang.

Saran penulis bagi pembaca agar dapat mengatasi rasa kesepian adalah antara lain:

  • Kenalilah pemecahan masalah yang biasa Anda lakukan, evaluasi apakah cara-cara ini efektif untuk mengurangi rasa kesepian. Apabila kurang efektif, maka dapat mencari cara lain yang lebih baik untuk anda.
    Misalnya, apabila Anda biasa mengatasi kesepian dengan cara mencari teman baru di media sosial dan ternyata kurang berhasil, maka Anda dapat menghubungi sahabat yang masih terhubung sampai saat ini.
  • Carilah dukungan yang memang diperlukan, terutama apabila kesepian sudah terasa mengganggu diri Anda dan menyebabkan stres. Anda dapat mencari dukungan dari orang-orang terdekat, misalnya, keluarga, sahabat, pasangan, dan lain sebagainya.
  • Selalu berpikir positif setiap masalah ada penyelesaiannya. Anda juga dapat berdoa kepada Tuhan untuk mendapatkan hasil terbaik.

*Citra Aulia, Mahasiswa Magister Psikologi Universitas Tarumanagara
Roswiyani dan Riana Sahrani, Dosen Magister Psikologi Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com