Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Mitos Olahraga yang Bisa Halangi Tujuan Kebugaran

Kompas.com - 11/09/2023, 10:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber Deseret

KOMPAS.com - Ada banyak pemahaman seputar olahraga yang selama ini kita kenal atau pernah dengar.

Sayangnya, tidak semua merupakan informasi yang akurat, dan bahkan hanya sekadar mitos belaka.

Ada baiknya, kita memahami mitos-mitos tersebut, agar tujuan kebugaran dari aktivitas olahraga yang kita lakukan tak terhambat.

Berikut ini adalah lima mitos olahraga yang dapat menyesatkan, dan malah akan mengganggu target kebugaran.

Baca juga: Minum Banyak Air Putih Bantu Turunkan Berat Badan, Mitos atau Fakta?

1. Latihan menyasar satu titik di tubuh

Ada kesalahpahaman umum yang menyebut jika ingin mendapatkan perut yang rata, kita harus melakukan sit-up sampai perut mulai kram.

Padahal, menargetkan bagian tertentu dari tubuh untuk menghilangkan lemak dan hanya melatih area tersebut tidak akan memberikan hasil yang kita inginkan.

"Banyak sekali penelitian yang menunjukkan, kehilangan lemak yang ditargetkan tidak dapat dicapai hanya dengan berolahraga."

"Tidak mungkin menargetkan lemak di area tertentu," kata Dr. Cedrina Calder, yang dikenal sebagai FitDoc, kepada GoodRx Health.

"Saat kamu menurunkan berat badan, maka kamu kehilangan lemak dari berbagai bagian tubuh - (dan) bagian tubuh yang kehilangan lemak lebih dulu sebagian besar didasarkan pada genetika."

Baca juga: Sering Dicabut Bikin Uban Semakin Banyak, Mitos atau Fakta?

2. Lebih banyak keringat, lebih banyak bakar lemak

Setelah menyelesaikan latihan yang berat, ada sesuatu yang memuaskan saat keringat menetes deras.

Tapi, apakah itu berarti kita telah kehilangan lebih banyak lemak? Belum tentu.

Berkeringat banyak bisa berarti mengerahkan banyak tenaga untuk berolahraga, yang membutuhkan energi ekstra.

Namun, lebih banyak keringat tidak sama dengan lebih banyak kalori yang terbakar.

Sebab, seperti dimuat di laman Healthline, faktor-faktor seperti aktivitas kelenjar keringat memainkan peran yang lebih signifikan dalam seberapa banyak keringat yang keluar.

Memang, berkeringat dapat memengaruhi jumlah yang terbakar, tetapi pada tingkat yang tidak signifikan.

Ini karena tubuh menggunakan kalori untuk mulai berkeringat akibat kelenjar keringat menggunakan glukosa sebagai energi untuk berfungsi.

Baca juga: Minum Jus Jambu Bisa Sembuhkan Demam Berdarah, Mitos atau Fakta?

3. No pain, no gain

"Pertama kali saya melakukan pilates, saya kecewa karena, pertama, saya pikir latihannya tidak cukup keras untuk membuat perbedaan, dan kedua, karena saya tidak merasa pegal-pegal pada hari berikutnya."

Demikian kesaksian Emma Pitts, penulis di laman Deseret.com.

"Tabloid-tabloid juga memotret supermodel papan atas seperti Gigi Hadid dan Hailey Bieber yang meninggalkan kelas pilates."

"Saya pikir mereka pasti merasa pegal-pegal agar tetap terlihat bugar, tapi ternyata saya salah," kata dia.

Pemikiran bahwa kamu harus merasakan sakit agar otot tumbuh tidaklah benar.

UCI Health menyebut, ketika kita mendorong otot untuk bekerja melebihi kemampuannya untuk menggunakan oksigen yang dialirkan dalam darah, kita menciptakan asam laktat, yang memberikan sensasi terbakar.

Inilah yang biasanya dikenali oleh orang-orang yang berpengalaman berolahraga sebagai kelelahan yang sangat baik atau latihan yang baik.

Baca juga: Minum Susu Dapat Menambah Tinggi Badan, Mitos atau Fakta?

Kenyataannya, jika kita jarang berolahraga dan otot-otot tidak aktif, kita akan mengalami nyeri setelah berolahraga.

UCI Health merekomendasikan untuk tidak melakukan aktivitas fisik lebih dari dua hari.

Jika kita melakukannya, otot-otot yang digunakan untuk aktivitas tertentu akan mulai menyusut atau menjadi lebih kencang.

 

4. Kardio satu-satunya cara menurunkan berat badan

Latihan kardio diperlukan untuk menurunkan berat badan, tapi sama pentingnya dengan latihan kekuatan.

Jika tujuan utama kita adalah menurunkan berat badan, kita ingin membakar kalori dan membangun massa otot.

Jadi, untuk mendapatkan manfaat yang optimal, kita harus menggabungkan latihan kardio dan latihan kekuatan ke dalam rutinitas latihan kita.

Peran kardio dalam membantu menurunkan berat badan adalah membakar kalori. Semakin sering berolahraga, semakin banyak kalori yang akan terbakar.

Baca juga: Berat Badan Bertambah Setelah Menikah, Mitos atau Fakta?

Jika kita ingin menurunkan berat badan, kita harus melakukan latihan kardio setidaknya lima hari per minggu dengan total setidaknya 250 menit (4 jam, 10 menit) setiap minggunya.

Demikian bunyi ulasan yang dimuat di laman Beaumont.

5. Peregangan sebelum berolahraga mencegah cedera

Guru olahraga di sekolah kerap memberikan pemahaman, jika tidak meregangkan otot sebelum berolahraga, kita berpotensi terkena cedera.

Namun, menurut penelitian terbaru, hal ini sama sekali tidak benar. Para ahli mengatakan, peregangan tidak mencegah nyeri otot atau cedera.

Otot terbuat dari kumpulan serat-serat kecil. Pada ketegangan otot yang biasa terjadi saat berolahraga, serat-serat ini akan mengalami koyakan mikroskopis.

Baca juga: Kebiasaan Makan Malam Bikin Gemuk, Mitos atau Fakta?

Secara teoritis, peregangan sebelum berolahraga akan membuat otot lebih lentur dan kecil kemungkinannya untuk koyak. Demikian kutipan yang muat di laman Harvard Health.

Namun, ketika penelitian membandingkan tingkat cedera atau nyeri otot pada orang yang melakukan peregangan sebelum berolahraga dan yang tidak, hanya ditemukan sedikit manfaatnya.

Bahkan sebaliknya, meregangkan otot yang dingin dan tegang dapat menyebabkan cedera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com