Para penunda cenderung berusia lebih muda dan lebih sering bangun di malam hari daripada di pagi hari, dengan rata-rata waktu tunda selama 22 menit.
Pada sampel yang lebih besar, rasa kantuk di pagi hari dan tidur yang lebih singkat lebih sering terjadi di antara para snoozer.
Para peneliti mengakui, snoozing memang berpotensi memecah waktu tidur, sambil menunjukkan beberapa manfaat yang diamati.
Kesimpulannya adalah -seperti beberapa penelitian sebelumnya-- hal ini sangat tergantung pada kita.
"Dengan demikian, periode tunda yang singkat dapat membantu mengurangi inersia tidur, tanpa mengganggu tidur secara substansial, dan mereka yang mengantuk di pagi hari," tulis para peneliti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.