Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Denny Wirawan Angkat Keindahan Batik Kudus untuk Koleksi Ready to Wear

Kompas.com - 05/11/2023, 06:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Eksplorasi kreatif desainer ternama Denny Wirawan bersama Bakti Budaya Djarum Foundation untuk kota Kudus, Jawa Tengah, telah memasuki tahun ke delapan.

Ini sekaligus menjadi perjalanan yang panjang, fokus, dan mendetail, terutama dalam pengolahan dan pengembangan terhadap batik Kudus.

Untuk merayakan perjalanan selama sewindu tersebut, Denny Wirawan mempersembahkan koleksi terbarunya dalam sebuah peragaan busana The Langham Fashion Soiree, hasil kerjasama antara The Langham Jakarta dengan Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI), pada Rabu malam (1/11/2023) lalu.

Dalam koleksi bertajuk "Sandyakala Smara", Denny Wirawan mengangkat keindahan batik Kudus dalam format ready to wear deluxe dan ready to wear premium.

Baca juga: Laelyind Kenalkan Koleksi Ready To Wear Wastra Sumba

Sebelumnya, koleksi ini sudah lebih dulu ditampilkan di kota Kudus, namun sang desainer ingin membawanya ke Jakarta untuk menarik atensi publik yang lebih luas.

"Sesuai dengan aura metropolitan Jakarta, saya membawa mood Sandyakala Smara yang lebih berbeda," ujar Denny.

"Karakter metropolitan dan sikap urban kota Jakarta harus terasa di fashion show ini. Untuk itu saya melakukan re-styling di beberapa rancangan," terangnya.

Denny Wirawan mempersembahkan koleksi terbarunya dalam sebuah peragaan busana The Langham Fashion Soiree, hasil kerjasama antara The Langham Jakarta dengan Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI), pada Rabu malam (1/11/2023).KOMPAS.com/Ryan Sara Pratiwi Denny Wirawan mempersembahkan koleksi terbarunya dalam sebuah peragaan busana The Langham Fashion Soiree, hasil kerjasama antara The Langham Jakarta dengan Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI), pada Rabu malam (1/11/2023).
Terinspirasi era kebangkitan industri di Tiongkok

Terdiri dari 41 set rancangan, koleksi Sandyakala Smara dipresentasikan ke dalam dua bagian.

Pertama, Seri Asmaradana yang terinspirasi dari masa kebangkitan industri di Tiongkok tahun 1920-an, menampilkan citra pakaian cheongsam dengan elemen berupa kerah-kerah tinggi, baik itu sebagai blus berbahan renda putih, atau vest penuh ornamentasi.

Juga berupa pilihan outerwear ala gaun cocktail berhiaskan batik Kudus yang motifnya dibuat cantik dan bold.

Siluet rancangan yang berunsur A-line, membuat gaun-gaun bagaikan kanvas yang memaparkan motif-motif flora dan unggas yang lugas dan dibuat simetri.

Baca juga: Ini Tantangan Kreasikan Batik Kudus Jadi Busana Ready to Wear

Selain itu, ada pula rok-rok lebar bias-cut yang bisa dipadankan dengan korset.

Sementara bagian kedua, Seri Layar Sutera (Journey to The Past), menampilkan gaun-gaun yang lebih premium dan gala.

Pada bagian ini, Denny memaksimalkan imaginasinya, mendesain rancangan sama sedramatis motif batik Kudus-nya.

Garis pinggang sangat ketat, diimbangi dengan jubah-jubah batik yang bermotif floral besar. Siluet bahu ada yang dibuat tegas dan dominan, memberi kesan kokoh dan extravaganze.

Di bagian ini motif batik menjadi lebih mewah dengan tambahan hiasan embroidery besar dan ornamentasi beading gemerlap yang teksturnya memperkaya motif.

Karena Layar Sutera terinspirasi dari kenangan kejayaan masa lalu di negeri Tiongkok, maka ada banyak keindahan motif-motif khas Tiongkok yang tertuang dalam setiap helaian di batik Kudus ini.

Beberapa motif antara lain flora dan fauna khas peranakan, seperti naga, phoenix, awan, burung hong, kupu-kupu, ayam, bunga krisan, asteria, lotus, dan peonie.

Rancangan ini juga dihiasi dengan perhiasan dari EPA Jewel, seperti cincin, gelang, anting-anting, dan kalung.

"Koleksi Sandyakala Smara saya persembahkan sebagai bentuk dedikasi untuk menggali lebih dalam lagi potensi-potensi yang ada pada motif batik Kudus yang belum tereksplorasi, setelah sebelumnya hadir koleksi Pasar Malam, Padma, dan Wedari," ungkap Denny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com