Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pahami Dampak Silent Treatment pada Kondisi Mental Seseorang

Kompas.com - 14/12/2023, 18:06 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Perlakuan diam atau biasa disebut silent treatment sering menjadi bentuk komunikasi pasif-agresif yang menyiksa.

Biasanya perilaku ini terjadi ketika seseorang merasa marah, kecewa dan cenderung menghindari konflik, atau justru respons dari emosi yang meluap-luap. Seseorang yang mengambil jalan ini cenderung mendiamkan pasangannya.

Silent treatment tentu saja memiliki dampak signifikan bagi kondisi mental seseorang, karena hilangnya komunikasi atau dialog bisa menghambat pemecahan masalah, menambah ketegangan, dan membuat hubungan menjadi tidak sehat.

Baca juga: 4 Dampak Silent Treatment pada Kesehatan dan Cara Mengatasinya 

Dampak silent treatment pada kondisi mental

Kip Williams, profesor ilmu psikologi di Purdue University, India telah mempelajari efek atau dampak silent treatment selama 40 tahun terakhir.

Ia terinspirasi meneliti silent treatment karena takjub dengan film dokumenter The Silence yang menampilkan banyak adegan tanpa dialog, keterasingan, diabaikan hingga dikucilkan.

Perilaku yang satu ini pun bukan sesuatu yang baru, bahkan kata Williams, ini sudah ada sejak dulu.

Williams pun mengakui, berada di pihak yang didiamkan akan terasa menyusahkan karena hal ini bisa mengancam seluruh kebutuhan manusia selain makanan, tempat tinggal dan keamanan terpenuhi.

Berikut beberapa dampak silent treatment pada kondisi mental seseorang.

  • Merasa diabaikan dan kehilangan

Konsep piramida kebutuhan yang dimaksud Williams sempat diperkenalkan pada tahun 1950-an oleh psikolog asal AS, Abraham Maslow.

Dia mengatakan, ketika seseorang menerima perlakuan silent treatment, maka orang itu bisa merasa kehilangan atau diabaikan karena pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan yang lebih kompleks.

Seperti kebutuhan untuk memiliki hubungan sosial, merasa nyaman dengan diri sendiri dan kebutuhan merasa ada yang mengakui keberadaan kita.

Pada penelitian Williams yang diterbitkan pada tahun 2003, dia dan timnya mengidentifikasi jika seseorang dikucilkan, maka efek di area otak akan merasa seperti mengalami rasa sakit fisik.

Mereka juga menilai apakah obat pereda nyeri dapat membantu memulihkan perasaan itu seperti nyeri fisik yang lain dan ternyata hal itu bisa teratasi.

"Bertengkar dengan seseorang itu tidak bagus. Tetapi setidaknya Anda masih terhubung, Anda mengakui satu sama lain."

"Tetapi pengucilan atau mendiamkan seseorang lebih terasa menyusahkan karena menghilangkan semua kebutuhan manusia," kata Williams.

  • Kehilangan harga diri

Silent tratment bisa dilakukan siapa saja, dan hal ini tidak berkaitan dengan kepribadian tertentu.

"Kami punya banyak hasil wawancara. Motifnya bermacam-macam, kadang mereka melakukannya dan bukan menjadi bagian dari kepribadian mereka," kata Williams.

Terkadang, beberapa orang melakukannya karena tidak memiliki pilihan atas kekecewaan mendalam selain diam. Ada pula alasan lain karena merasa tidak aman untuk mengekspresikan emosi mereka.

Ada kemarahan hingga rasa frustasi yang meluap-luap, namun tidak mampu memetakan ke mana emosi ini bisa dikeluarkan, akhirnya diam sering dianggap solusi.

Jika pola itu terus berlanjut dan berlangsung lama, seseorang yang didiamkan bisa merasa kehilangan harga diri dan perspektif.

Baca juga: 3 Penyebab dan Cara Menghadapi Silent Treatment dalam Keluarga

Ilustrasi pasangan silent treatmentPixabay Ilustrasi pasangan silent treatment

  • Membuat si korban merasa kebingungan

Orang yang didiamkan karena perlakuan silent treatment bakal merasa kebingungan harus berbuat apa.

Di satu sisi, mereka mungkin merasa kewalahan secara emosional dan tidak mampu memahami situasi dan kondisi.

"Ada respons yang muncul seperti melawan atau berlari, pengucilan seperti ini bisa 'mematikan' langkahnya," lanjut Williams.

Sebenarnya hal ini tergantung pada tingkat keparahan situasinya. Orang seringkali tidak menyadari dampak dari perlakuan diam mereka.

Seiring waktu, hal itu bisa membuat seseorang yang didiamkan selama waktu tertentu merasakan kesepian dan tertekan.

Padahal pada situasi konflik, perilaku silent treatment justru tidak dapat memecahkan masalah.

Kondisi hubungan akan semakin sulit untuk dijalani. Para ahli menyarankan untuk membuka obrolan dan komunikasi terbuka untuk segera mencairkan suasana.

Meski bukan satu hal yang mudah, tetapi untuk berhubungan kembali, komunikasi adalah kuncinya.

"Penting untuk menetapkan titik akhir, sehingga keheningan tidak meluas dan merembet berhari-hari, bahkan lebih lama."

"Pola seperti ini dapat berbahaya, jika sikap diam digunakan sebagai bentuk manipulasi atau kontrol, hal itu termasuk tindakan kasar dan mengkhawatirkan," jelas Psikoterapis yang berbasis di AS, Julie Murray.

Baca juga: Cara Memperbaiki Pernikahan yang Kerap Dibumbui Silent Treatment 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com