Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Tantangan Sosiologis Gen Z

Kompas.com - 23/02/2024, 13:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tentu saja hal ini mengonfirmasi dengan generasi sebelumnya yang mungkin lebih banyak mendapatkan sistem pendidikan monoton.

Sebab Gen Z justru disuguhi sistem pendidikan lebih interaktif, yang bahkan kemudian peralatan untuk memperolah ilmu pengetahuannya berbeda jauh dibanding masa orang tua mereka sekolah.

Bahkan Gen Z memiliki keunggulan literasi digital yang jauh melampaui keterampilan orang tuanya. Mereka juga bisa mengakses beragam informasi dan kecakapan tidak hanya melulu dari bangku sekolah, tapi bisa di tempat lain, yang tidak jarang dalam beberapa hal akhirnya menghasilkan keuntungan.

Ketiga, krisis iklim. Bagaimana pun Gen Z hadir pada realitas di mana kita menghadapi fase kemakmuran sebagian besar umat manusia. Salah satu dampak dari fase kemakmuran adalah terdampaknya iklim dan ekosistem tempat manusia, termasuk Gen Z ini, hidup.

Karena manusia yang dihadapi oleh Gen Z hari ini adalah manusia yang lebih banyak menghabiskan sumber daya alam untuk memenuhi target dan kebutuhan kehidupannya, sehingga akhirnya bumi memanas dan iklim kehidupan sehari-hari terancam.

Tentu saja jika hal ini dibiarkan, maka di masa mendatang, Gen Z ketika mereka sudah mulai dewasa akan menghadapi krisis iklim yang jauh lebih parah dari orangtua mereka.

Keempat, persoalan stabilitas ekonomi. Tata kelola baru dunia global pondasi ekonominya sudah berubah signifikan sejak kehadiran beragam teknologi, termasuk hadirnya teknologi sosial dalam kehidupan masyarakat.

Kebutuhan untuk melayani kehidupan privat dan kebebasan banyak orang akhirnya mendorong beragam teknologi menyesuaikan dengan tuntutan tersebut.

Namun akibatnya adalah pondasi-pondasi ekonomi lama/tradisional banyak terjungkal dan akhirnya finish.

Model sistem ekonomi yang dinamis dan tidak stabil inilah yang akan dihadapi oleh Gen Z. Sehingga mau tidak mau mereka harus lebih kompetitif daripada generasi sebelumnya.

Mereka harus bisa mendesain ulang tentang apa itu bekerja dan jenis pekerjaan apa serta bagaimana cara mereka mendaur ulang informasi yang ada agar bisa menopang seluruh kebutuhan dan keinginannya menjadi atau mendapatkan kesejahteraan.

Dengan kata lain tuntutan kesejahteraan yang tinggi harus disangga Gen Z, di tengah iklim ekonomi yang hari ini kita merasakan begitu besar tantangan instabilitasnya.

Kelima, tata nilai baru. Sistem pertukaran informasi yang luar biasa dihasilkan oleh pola komunikasi Gen Z di berbagai ruang, baik di dunia maya maupun di dunia nyata, telah menumbuhkan sistem nilai atau tata nilai baru yang dicapai oleh mereka.

Perubahan sistem budaya dan sistem nilai inilah yang kemudian berdampak kepada berubahnya cara pandang mereka terhadap hubungan-hubungan, baik antarmanusia sendiri, maupun dengan lingkungannya.

Perubahan nilai yang signifikan itu akan berdampak juga pada hubungan-hubungan lain yang lebih besar tingkatan-tingkatan masyarakat, mulai dari individu, keluarga, komunitas, masyarakat, bahkan negara, bisa jadi direduksi secara radikal karena sudah berubah dengan begitu pundamental.

Lalu bagaimana kita menghadapi semua itu?

Lagi-lagi semua berpulang kepada institusi lebih besar, yang menaungi setiap subjek yang bernama Gen Z ini, yakni Negara.

Negara harus segera menyambut era Gen Z dalam ruang agar mereka memiliki panduan hidup dalam ruang yang demikian terang dan sekaligus gelap ini.

Sebab jika mereka tidak dipandu, bukan hanya bisa berpotensi menghancurkan diri sendiri, tetapi juga bisa berpeluang mereduksi apa yang disebut sebagai Negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com