Penulis
“Langkah sederhana seperti ini sudah bisa menjadi bentuk empati nyata,” imbuhnya.
Baca juga: Cara Bekali Anak dengan Empati agar Tahan Pengaruh Lingkungan
Vera menyarankan prinsip “pause before post”, berhenti sejenak sebelum menulis komentar, lalu bertanya pada diri sendiri: Apakah ini akan menyakiti seseorang jika dibaca?
Ia juga mengenalkan prinsip 3T: Tepat waktu, Tepat konteks, dan Tepat cara dalam berkomunikasi di media sosial.
“Biasakan membaca berita atau komentar dengan rasa ingin tahu, bukan langsung menghakimi,” katanya.
Baca juga: Agar Anak Tak Tumbuh Jadi Arogan, Ini Cara Menanamkan Empati di Rumah
Vera menutup, empati bisa dimulai dari tindakan sederhana, seperti menyapa, mengajak makan bersama, atau menanyakan kabar teman yang terlihat menyendiri.
“Empati bukan sekadar merasa kasihan, melainkan kemampuan untuk mengatur diri agar tidak menyakiti orang lain,” tuturnya.
“Di era digital, empati adalah bentuk tanggung jawab moral: berpikir sebelum menulis, menahan diri sebelum bereaksi, dan berani membela yang lemah tanpa mempermalukan pihak lain,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang