Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendengkur Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung, Ini Kata Dokter

Kompas.com, 2 Desember 2025, 15:23 WIB
Aliyah Shifa Rifai,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Best Life

KOMPAS.com - Mendengkur saat tidur, terutama jika terjadi secara berat dan berulang, bisa menjadi petunjuk awal gangguan yang berkaitan dengan kesehatan jantung.

Menurut direktur bedah dr. Nithin Adappa, mendengkur terjadi akibat getaran pada saluran napas bagian atas.

“Mendengkur disebabkan oleh getaran pada area mana pun di saluran napas atas. Hal ini dapat berasal dari sumbatan pada rongga hidung, langit-langit lunak, atau pangkal lidah,” jelasnya melansir dari Best Life, Selasa (2/12/2025).

Baca juga: 6 Cara Rumahan Meredakan Kebiasaan Mendengkur di Malam Hari

Keparahan mendengkur meningkat seiring bertambahnya usia karena jaringan lunak pada saluran napas semakin rileks saat seseorang tidur. 

Faktor lain seperti konsumsi alkohol, struktur saluran napas yang sempit, masalah hidung, riwayat keluarga, hingga berat badan berlebih juga dapat memperburuk dengkuran.

Dengkuran ringan biasanya tidak berbahaya. Namun, jika mendengkur berat atau disertai jeda napas, mengorok bisa menjadi tanda obstructive sleep apnea (OSA).

Tanda lain OSA meliputi terbangun sambil terengah, rasa kantuk berlebihan di siang hari, atau napas terhenti saat tidur yang disadari pasangan.

Baca juga: Waspada, 8 Gejala Mendengkur yang Berbahaya bagi Kesehatan

Mengenal apa itu OSA

Sleep apnea dikategorikan menjadi tiga. Dari tiga jenis sleep apnea, yaitu central, obstructive, dan complex, OSA atau obstructive menjadi bentuk yang paling umum.

Obstructive sleep apnea adalah kondisi ketika adanya sumbatan atau penyempitan pada saluran napas menghambat aliran udara melalui tenggorokan saat anda tidur,” tulis Cleveland Clinic dilansir dari Best Life.

Kekurangan aliran udara ini dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah dan membuat otak memicu refleks untuk membangunkan tubuh agar kembali bernapas.

Meskipun refleks ini penting untuk mempertahankan napas, gangguan tidur yang terjadi berulang kali dapat memengaruhi fungsi tubuh secara keseluruhan.

Baca juga: 6 Penyebab Anak Suka Mendengkur Saat Tertidur

Orang dengan sleep apnea sering kali merasa sudah tidur cukup tapi masih ngantuk di keesokan harinya.PEXELS/KAMPUS Orang dengan sleep apnea sering kali merasa sudah tidur cukup tapi masih ngantuk di keesokan harinya.

OSA dapat meningkatkan risiko penyakit jantung

Ahli bedah kepala dan leher dr. Marilene B. Wang, menegaskan bahwa OSA berhubungan dengan meningkatnya risiko gangguan jantung.

“Jika seseorang memiliki obstructive sleep apnea, mereka dapat memiliki peningkatan risiko penyakit jantung,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa tubuh harus bekerja lebih keras untuk bernapas saat tidur, sementara jeda napas yang berulang menyebabkan kadar oksigen turun dan memberi tekanan pada jantung.

Di sisi lain, dr. Dana L. Crosby, menambahkan bahwa OSA dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, diabetes, stroke, hingga serangan jantung, dan gagal jantung.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau