KOMPAS.com - Mendengkur saat tidur, terutama jika terjadi secara berat dan berulang, bisa menjadi petunjuk awal gangguan yang berkaitan dengan kesehatan jantung.
Menurut direktur bedah dr. Nithin Adappa, mendengkur terjadi akibat getaran pada saluran napas bagian atas.
“Mendengkur disebabkan oleh getaran pada area mana pun di saluran napas atas. Hal ini dapat berasal dari sumbatan pada rongga hidung, langit-langit lunak, atau pangkal lidah,” jelasnya melansir dari Best Life, Selasa (2/12/2025).
Baca juga: 6 Cara Rumahan Meredakan Kebiasaan Mendengkur di Malam Hari
Keparahan mendengkur meningkat seiring bertambahnya usia karena jaringan lunak pada saluran napas semakin rileks saat seseorang tidur.
Faktor lain seperti konsumsi alkohol, struktur saluran napas yang sempit, masalah hidung, riwayat keluarga, hingga berat badan berlebih juga dapat memperburuk dengkuran.
Dengkuran ringan biasanya tidak berbahaya. Namun, jika mendengkur berat atau disertai jeda napas, mengorok bisa menjadi tanda obstructive sleep apnea (OSA).
Tanda lain OSA meliputi terbangun sambil terengah, rasa kantuk berlebihan di siang hari, atau napas terhenti saat tidur yang disadari pasangan.
Baca juga: Waspada, 8 Gejala Mendengkur yang Berbahaya bagi Kesehatan
Sleep apnea dikategorikan menjadi tiga. Dari tiga jenis sleep apnea, yaitu central, obstructive, dan complex, OSA atau obstructive menjadi bentuk yang paling umum.
“Obstructive sleep apnea adalah kondisi ketika adanya sumbatan atau penyempitan pada saluran napas menghambat aliran udara melalui tenggorokan saat anda tidur,” tulis Cleveland Clinic dilansir dari Best Life.
Kekurangan aliran udara ini dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah dan membuat otak memicu refleks untuk membangunkan tubuh agar kembali bernapas.
Meskipun refleks ini penting untuk mempertahankan napas, gangguan tidur yang terjadi berulang kali dapat memengaruhi fungsi tubuh secara keseluruhan.
Baca juga: 6 Penyebab Anak Suka Mendengkur Saat Tertidur
Orang dengan sleep apnea sering kali merasa sudah tidur cukup tapi masih ngantuk di keesokan harinya.Ahli bedah kepala dan leher dr. Marilene B. Wang, menegaskan bahwa OSA berhubungan dengan meningkatnya risiko gangguan jantung.
“Jika seseorang memiliki obstructive sleep apnea, mereka dapat memiliki peningkatan risiko penyakit jantung,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa tubuh harus bekerja lebih keras untuk bernapas saat tidur, sementara jeda napas yang berulang menyebabkan kadar oksigen turun dan memberi tekanan pada jantung.
Di sisi lain, dr. Dana L. Crosby, menambahkan bahwa OSA dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, diabetes, stroke, hingga serangan jantung, dan gagal jantung.