JAKARTA, KOMPAS.com - Pendarahan merupakan penyebab utama kematian ibu melahirkan di Indonesia. Sekitar 27 persen kematian disebabkan pendarahan, disusul dengan eklamsia yakni keracunan dalam kehamilan, disertai kejang dan kenaikan tekanan darah sebesar 23 persen.
Hal itu mengemuka dalam paparan Direktur Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan, Kirana Pritasari, dalam jumpa pers tentang kesehatan ibu dan anak di Kementerian Kesehatan, di Jakarta, Jumat (11/5/2012).
Pendarahan, umumnya terjadi karena ketuban pecah terlalu dini ataupun pascapersalinan seperti gangguan pada rahim, pelepasan plasenta, robekan jalan lahir, dan gangguan faktor pembekuan darah. Risiko akan meningkat, antara lain, pada ibu hamil yang menderita anemia dan persalinan bayi terlalu besar.
Penyebab tidak langsung dari kematian ibu, kata Kirana, antara lain kondisi yang memberatkan kondisi kesehatan ibu yang melahirkan, seperti infeksi malaria atau tuberkulosis, penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, dan epilepsi.
Ibu dengan kasus persalinan dengan pendarahan, membutuhkan tindakan gawat darurat di fasilitas kesehatan. Untuk mengurangi kematian ibu dan anak, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kegawatdaruratan bagi ibu dan bayi baru lahir, minimal di 150 rumah sakit dengan pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK). Selain itu di 300 Puskesmas dan Balai kes ehatan masyarakat dengan pelayanan obstetric neonatal emergensi dasar (PONED).
"Minimal di satu kabupaten atau atau kota ada rumah sakit yang mampu melayani keadaan darurat," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.